Minggu, Desember 07, 2014

Yang Muda Yang Berani Beda

Bismillah….
Robbishrohlii shodrii wa yassir lii amrii
Berawal dari share teman tentang acara berikut:
___________
[ Yang Muda Berani Beda : Kisah Sukses Dua Remaja ]
Menjadi remaja di jaman ini tidaklah mudah. Menjadi orang tua remaja pun penuh tantangan.
Rutinitas harian yang padat, tuntutan sekolah bahkan orang tua yang tinggi, beban sekolah yang berat, tekanan teman sebaya yang keras, era sosmed yang penuh distraksi.
Pendampingan yang kurang tepat dari orang tua dapat membuat mereka menjadi BLAST (Bored, Lonely, Afraid Angry, Stress, Tired). Generasi BLAST mudah terjangkit budaya kekerasan, bullying, arus pornografi.

Ayo kita ubah BLAST menjadi BEST:
- memegang prinsip Dan berperilaku sesuai prinsip (Behave)
- empati tinggi pads sesama (Empathic)
- cerdas mencari cara mengoptimalkan kekuatannya (Smart)
- tangguh menghadapi tantangan (Tough)

Dua remaja ini secara sadar memilih sikap BEST

1. Andri Rizki Putra, menolak ikut kecurangan UN, lalu memilih belajar sendiri, masuk FH UI, dan lulus cum laude. Kemudian membuat Yayasan yang menyelenggarakan sekolah gratis bagi anak putus sekolah.

2. Enes Kusuma, memilih belajar di rumah, lalu merantau kuliah dengan beasiswa yang dicari sendiri, lulus S1 di usia 18 tahun, mendapat penghargaan, dan mendirikan The Bright Bride.

Bagaimana kisah mereka ? Bagaimana pendidikan karakter dari orang tuanya ?
Yuk simak success story dari dua remaja ini:
> > >
Sabtu, 6 Desember 2014
9.00 - 15.00 WIB
Gedung PKK Pemprov Jateng, Jl. Sriwijaya No. 29 (samping Gd. Wanita) Semarang
HTM
Sebelum Hari H : Rp. 50.000
On the spot : Rp. 75.000
*note: harga ON THE SPOT lebih tinggi dan tersedia Kids Corner untuk anak usia > 2th (Rp. 10.000/anak)
Mari selamatkan generasi emas Indonesia. Semua orang BISA melakukannya. Every child needs a hero, are you one of those heroes?

Organized by :
Komunitas HS Muslim Nusantara, SEMAI 2045, Pojok Pendidikan, Komunitas The Bright Bride.
_______________
Point penting Seminar “Yang Muda Yang Berani Beda” dengan pembicara “Enes Kusuma” dan “Andri Rizki Putra”:
- Enes Kusuma dan Andri Rizki Putra adalah 2 contoh generasi BEST yang punya segudang prestasi. Enes sekarang punya "The Bright Bride" dan Rizki punya "Yayasan Pemimpin anak Bangsa (YPAB)".  Bagi yang belum kenal bisa google saja, karena pasti mbah Google tau banyak :D

Enes Kusuma

  • Hal yang paling penting dalam pendidikan adalah PENDIDIKAN KARAKTER!
  • Prinsip orangtua Enes Kusuma adalah selama anak usia 0-12 tahun, anak harus dipegang orangtua à menurut saya pribadi ini sulit. Mengingat pekerjaan kami sebagai orangtua tidak memungkinkan selalu berada didekat anak. Tetapi, ini bisa saya anggap bahwa ORANGTUA HARUS BENAR-BENAR IN CHARGE DALAM MENDIDIK ANAK USIA 0-12 TAHUN karena masa ini adalah masa pendidikan karakter.
  • Anak adalah SUBJEK dan orangtua adalah fasilitatornya. Orangtua harus berusaha kuat dengan apapun apa yang ada untuk mendampingi/memfasilitasi agar anak berusaha atas usahanya sendiri. Anak bukan didikte, tetapi diarahkan dan diberi batasan yang prinsip saja. Sisanya biarkan dia mengembangkan idenya dan melaksanakan ide tersebut.
  • Dalam mengenalkan hal yang prinsip kepada seorang anak kecil, perlu mengenalkan “Hitam dan Putih” alias jelas mana batasan yang benar dan mana yang salah. Misal Sholat itu Harus, Babi itu Haram, dsb. Bukan area abu-abu dulu, misal kamu boleh sholat kecuali bla-bla-bla.
  • Masa kanak-kanak adalah masa eksplorasi. Saat seorang anak merasa ingin berpindah les atau sekolah dari tempat satu ke tempat lainnya, berikan pengertian ke anak bahwa anak boleh berpindah dengan syarat “high energy ending” alias boleh pindah selama sudah menorehkan prestasi di tempat tersebut (tempat asal), baru dia bisa pindah ke tempat tujuan.
  • Prinsip pendidikan karakter anak yang ditetapkan oleh orangtua Enes: Anak tidak akan menolak 3 hal, yaitu Dongeng, Bermain dan Hadiah. Dalam menerapkan 3 hal ini harus ada prinsip yang dijalankan secara tidak terpisah agar anak tidak hanya berorientasi pada hadiah saja tetapi agar lama kelamaan bisa berorientasi pada tujuan tindakannya (bukan hadianya) yaitu (1) pastikan anak mengetahui tujuan tindakannya dan goal nya, (2) selalu dampingi anak dengan memasukkan cerita-cerita positif dan energi positif dalam setiap kehidupan dia.

Dalam prakteknya, ortu Enes membuat semacam Buku Catatan Bintang yang mencatat setiap perbuatan positif yang ditargetkan dengan sejumlah bintang, misalnya sholat tepat waktu mendapat 2 bintang, sholat saja mendapat 1 bintang (yg ini contoh dari saya), dsb. Setelah mendapatkan sejumlah bintang, misal 100 bintang maka dia akan mendapatkan reward/hadiah (ini juga contoh dari saya).

  • Dirumah Enes tidak ada TV, tetapi itu pun setelah seluruh keluarga sepakat dengan tidak adanya TV dan faham konsep “mengapa lebih baik tidak ada TV dirumah” dan atas kesepakatan bersama, tidak adanya TV diganti dengan membuat perpustakaan pribadi secara bertahap dan program cerita bersama setiap bulan tentang buku apa yang sudah dibaca. 
  • Sering-seringlah berdiskusi dengan anak. Bingung dengan apa yang harus didiskusikan? mulailah dari hal-hal yang membuat anak tertarik, lalu secara konsisten, kembangkan setiap diskusi dari hal tersebut menjadi semakin detail dan semakin aplikatif. Lalu dorong anak untuk melaksanakan apa yang telah direncanakan dari diskusi tersebut. Hal ini tidak terjadi dalam waktu sehari, tetapi yang penting konsisten dan semakin dalam / detail. 

Misal, adek Enes (bernama Ara) menyukai sapi dan suka sekali minum susu. Perbincangan akan dimulai dari sana dan harus semakin detail misalnya hingga bagaimana merawat sapi, mengembangkan sapi dan membuat peternakan sapi, serta langkah apa saja yang harus dilakukan agar rencana tersebut tercapai, misalnya butuh apa saja dan siapa saja ahli yang bisa ditemui untuk melaksanakan hal itu. Lalu dampingi anak dan fasilitasilah untuk menjalankan hal-hal tersebut. (Wow, that is advance – Red)

  • Di dalam keluarga Enes, anak dibiarkan menggagas dan merencanakan membuat projectnya sendiri semenjak berumur 10 tahun. Didalam project tersebut, anggota keluarga harus menjadi bagian dari projectnya, dan penggagas program adalah leadernya. 

Project harus dievaluasi, direncanakan dan ada presentasi tentang apa yang akan dilakukan. Hanya saja, saya belum tahu, seperti apa presentasi yang diselenggarakan. Mereka juga menyebutnya sebagai “Raker” alis rapat kerja.

  • Sekali lagi….orangtua adalah fasilitator dan pembakar semangat. Bukan mendikte anak. Biarkan anak berkembang dengan keahliannya masing-masing. Pada keluarga Enes, mereka 3 bersaudara, yang disebut orang tuanya sebagai “Tiga Bintang”, karena masing-masing mempunyai kelebihannya dan keunikannya sendiri. Enes ceriwis ternyata akhirnya baik skali sbagai pembicara, Ara yang tenang dan hobi minum susu yang akhirnya menjalankan program desa Sapi nya, dan Elan yang sangat suka dengan berkuda dan menjadi atlet nasional berkuda.
  • Learning by doing ternyata sangat efektif. Anak (termasuk kita) harus diceburin langsung untuk merasakan rasanya “melakukan sendiri”. Datang ke seminar sendiri sejak kecil, dan hal-hal lainnya. Dengan catatan, anak sudah dibekali pengetahuan yang cukup untuk memulainya/melakukannya. Sebagai orangtua, setelah kita memberi bekal tersebut, dan mencoba menguji pengetahuannya (misal bertanya untuk mengetahui tingkat kesiapannya) maka kita bisa mulai mencobakan padanya dan memberikan kepercayaan padanya untuk memulainya. 
  • Semua orang pernah berbuat salah. Seperti banyak orang sudah bilang, Enes pun menyatakan: Tidak peduli berapa kalipun anda jatuh dan gagal, yang penting BERAPA KALI ANDA BANGKIT. 
  • Belajar dari keluarga Enes, penting untuk menyamakan frekuensi kedua orangtua untuk menyamakan misi dan visi positif dalam keluarga. Caranya adalah dengan menghadiri parenting bersama, melakukan hal-hal positif bersama dan semacamnya. Sehingga ayah dan ibu bisa menjadi motor penggerak yang efektif bagi anak-anaknya.

Andri Rizki Putra

  • Belajar dari keluarga Rizki, Ibu adalah peran penting dalam pendidikan karakternya. Jujur saya cuma sekali mendengar kata Ayah/Bapak sepanjang dia berbicara selama 2 jam itu, sedangkan dia selalu menyebut ibunya, ibunya, ibunya dan ibunya berkali-kali sebagai sosok yang amat membentuk dirinya dan bahkan dia menyebut Opungnya lebih banyak dibanding Ayahnya. Berhubung kurang tahu background keluarganya, saya merasa disini bisa jadi frekuensi kedua orangtuanya tidak begitu sama. Tetapi dukungan ibunya, yang kata Rizki adalah “pendengar yang baik” dan hubungan mereka yang sangat terbuka dan dua arah memberikan jalan kepada Rizki untuk berkembang. Rizki bukan anak dengan background sempurna, dan rizki melakukan kesalahan-kesalahan sebagaimana layaknya seorang manusia di jaman yang “Heboh dan Overshared” ini, seperti pernah minum alcohol dan beberapa yang tidak disebutkannya. Karena hubungan yang terbuka dengan Ibunya maka dia pun curhat kepada sang Ibu dan memang ibunya bilang “saya kecewa dengan apa yang sudah kamu perbuat” tapi juga bilang “tapi mama yakin dan sangat yakin kamu bisa memperbaikinya”. Energi ini yang membuat saat Rizki terpuruk selalu punya keyakinan bahwa dia bisa bangkit.
  • Rizki bilang tentang 5 Prinsip: Faith, love what you do, open minded, character, Ikhlas dan pasrah.

Faith : Yakin penuh pada kebenaran apa yang kita lakukan jika itu memang benar.
Love what you do : coba dan cari cara untuk menyukai apa anda lakukan, atau sebaliknya lakukan apa yang anda sukai dan fokuslah
Open minded : seseorang harus mau membuka diri dan mau dikritik. Bila dia tidak mau dikritik dan disalahkan berarti dia tidak mau berkembang.
Character : Saya lupa apa yang Rizki bilang tentang ini, tetapi pendidikan karakter harus kuat dan benar, sehingga apapun yang menerjangnya nantinya, dia akan bisa bertahan.
Ikhlas dan Pasrah : Kita tidak bisa mendikte takdir. Jadi bila kita sudah berusaha maksimal sepenuh usaha kita dan ternyata hasilnya tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan maka kita harus mengikhlaskan nya dan tetap mengevaluasi dan tetap melakukan yang terbaik.

  • Rizki sangat dominan otak kirinya. Sehingga dia harus selalu memplanning apapun yang dia buat. Tetapi, saat mengambil sebuah keputusan terutama keputusan vital atau penting, dia Ikuti kata hati setelah tentunya menimbang baik dan buruknya. 

Apapun yang awalnya baik (berasal dari kebaikan) maka yakinlah bahwa itu akan berakhir baik. Harus yakin tentang ini.
Jadi, meskipun itu rasanya kurang logis, bila hati sudah menyatakan benar, maka ikutilah.
Contoh di kehidupan rizki: saat dia memutuskan putus sekolah karena sekolahnya mendukung dan menggalakkan gerakan pembocoran soal UN untuk mempertahankan gelar "Sekolah berprestasi" rasanya sulit untuk diterima akalnya sendiri, tetapi hatinya mengatakan ini benar.--> bisa googling lebih lanjut ttg ceritanya

  • Banyak sekali kisah inspiratif dari Rizki. Yang saya perhatikan, Rizki fokus pada tujuan dan berjuang keras untuk mendapatkan tujuan itu. Meski apa yang dia fikirkan itu bisa jadi melawan arus, selama dia yakin pada hal itu, maka dia harus berjuang keras untuk mewujudkannya dan membuktikan kebenarannya.
  • Tidak ada yang instan. Semua butuh kerja keras dan waktu. 

Pada saat kita melawan arus, mungkin kita saat itu adalah orang biasa-biasa saja dan bukan orang berpengaruh sehingga tidak banyak yang percaya, bahkan merasa pesimis. Tetapi selama kita yakin dengan apa yang kita lakukan, maka lakukanlah dengan selalu menyiapkan 3 Hal : Goal tertinggi (misal masuk FH UI), Kemungkinan Kedua (misal Saya mencoba lagi tahun depan), dan Kemungkinan terburuk (misal saya harus mengulang sekolah SMA) --> Contoh tersebut berasal dari Rizki.

  • Harus berjuang sampai akhirnya apa yang kita yakini itu bisa tercapai dan betul-betul bermanfaat untuk orang, sehingga pada saat itu orang yang dahulu memandang rendah / pesimis pada ide kita bisa percaya.
  • Rizki membawahi sangat pentingnya networking. Seringkali orang pintar, tetapi rizki melihat, karena dia tidak bergaul maka ilmunya hanya untuk dirinya sendiri saja dan menjadi tidak bermanfaat. Maka networking menjadi suatu keharusan agar suatu ilmu menjadi bermanfaat bagi orang lain dan bahkan bagi orang banyak. --> Nah, ini kelemahan saya. Saya harus belajar banyak tentang ini. 


Semoga catatan ini bermanfaat dan bisa diamalkan terutama bagi diri saya dan keluarga kecil saya. Aamiin.

Kamis, Oktober 02, 2014

Travel of Silaturrahim to Jakarta....

Hey, Hallo…. I’m so excited to write about this journey.

A Journey to Microtia Gathering @Harris Hotel, Tebet, September 16th 2014.

Sbenernya bingung mau mulai dari mana, tapi aku tuliskan saja dulu. Nanti masalah ngedit belakangan aja lah #nyengir

Oia, sebelumnya makasih banget buat suamiku tercinta Rudi Rangkuti yang sudah mengizinkan kami buat pergi jalan-jalan hehe, padahal haknya buat ketemu keluarganya pas weekend jadi kecabut #gak papa ya yah...
Makasih juga buat Mas Syefa (my son) yang bersedia berbesar hati gak ikut karena keadaan yang tidak memungkinkan #InsyaAllah lain kali kita bareng satu keluarga going to wonderful place

Oke, mulai cerita ya....

Kumpul-kumpul microtia ini extraordinary. Selain yang ngadain dokter Ria Trimartani spesialis THT, beliau pun membuat konsepnya atau idenya juga bukan acara gathering biasa tetapi sekaligus acara Workshop tatalaksana microtia buat para dokter THT dan dokter umum juga. Daaan…bagi kami para keluarga inti microtians….this event is free of charge! #horeee

Oke. Jadi acara ini sudah saya planning kan jauh jauh hari, tapi gak tahu gimana caranya biar hemat. Soalnya, you know lah, lagi nabung buat beberapa pos yang juga kami sekeluarga planningkan. Akhirnya, hingga sebulan sebelum hari H saya blom juga beranjak dari sekedar “pengen ikut” but no action, karena hasil searching budget bisa sampe 2 juta an, atau bahkan lebih. Tetapi akhirnya, dengan bantuan Allah (tentu bantuan Allah datang juga karena usaha), budget bisa berkurang. #for budgeting detail of this trip, I’m gonna write in different page

Alhamdulillah, akhirnya kami berangkat sabtu petang (13 September) dengan kereta ekonomi berempat (@45rb) #jawdropping –btw harga ini Cuma beda 5 ribu doang sama harga tiket travel Jepara-Semarang!

Berempat itu: saya, 2 anak perempuan saya –Ayasha dan Fafa-, dan ibu tercinta saya –Ibu Endah. Berangkat dari Semarang hari Sabtu jam 18.45, dan kereta betul-betul berangkat tepat waktu. Salut untuk PT.KAI yang semakin hari pelayanannya semakin baik dan On-Time. What I don’t really like about economy class train – but at the same time I admire it- adalah terlalu kekeluargaan deh ih. Alias seringkali orang berpindah tempat hanya untuk mendekat kepada temannya atau saudaranya, sehingga membuatnya jadi less secure untuk keamanan barang. Kita tidak bisa betul-betul mengidentifikasi siapa yang harusnya tidak boleh berada di bangku dekat kita, ya karena orangnya selalu berubah rubah. Yang lain menurutku standar lah. Apa sih yang diharapkan dari harga murah. Tempat duduknya berbusa meski gak empuk, sandaran tempat duduknya 90o, tempat duduk yang berhadap-hadapan dengan tempat kaki yang sempit bahkan bisa dibilang gak bisa gerak. Diimbangi dengan AC yang dingin dan setiap orang mempunyai jatah tempat duduk (alias gak mungkin naik tapi gak dapet seat)….menurut saya harga ekonomi sudah cukup pantas. Dan seat yang gak nyaman itulah yang mungkin membuat orang jadi mobile dan mencari tempat diluar seat nya agar bisa “agak gerak” hehe….
It was not my first time travelling with economy class…tapi perasaannya kurang lebih sama: Kurang nyaman dan panas di pantat –maaf-.

Aca (panggilan ayasha) dan fafa sungguh kooperatif sepanjang jalan. Ibuku tersayang membawakan snack dan saya membawa pudding dan minum sehingga anak-anak pun tidak kelaparan dan tidak juga jajan. Kami hanya menyewa bantal 2 buah untuk memberi kenyamanan yang “lebih” pada anak-anak saja. Setelah mereka cukup kenyang mereka tidur sejak  jam 8.
Di tengah perjalanan, kami mendapatkan informasi bahwa lebih baik kami turun di stasiun Jatinegara daripada Pasar Senen, karena jarak yang lebih dekat dari Depok. So, we decided to go off at Jatinegara. Alhamdulillah, anak-anak masih tertidur hingga kereta akan tiba di Jatinegara jam 1 dini hari, sehingga mereka harus kami bangunkan. Bersyukur banget deh mereka gak rewel dan sangat kooperatif, terutama anak seumur fafa. And, thanks to Aca too, that she kept her little sister in fun air.
Makasih ya anak-anakku…Barakallaah ‘alaikumaa.

Setelah sampai disana, berhubung kondisi harus cepat-cepat turun dan agak berdesakan, akhirnya kami memakai jasa Porter untuk mengangkatkan koper dan barang-barang kami. Dari beliau juga kami meminta untuk sekalian diantarkan ke tempat parkir taksi bluebird terdekat. Not that we don’t trust the other providers, tapi gak tahu track record nya. Dan memang pengalaman terbaik naik taksi memang selalu dari bluebird.

Ternyata parkir taksi bluebirdnya agak jauh dibandingkan jenis taksi lain. Harus nyebrang bo. Kita sie gak papa, tapi agak kasihan aja sama bapaknya bawa 5 jenis barang kita, termasuk diantaranya Koper dan 2 tas yang cukup besar. Wow banget lihat kesigapannya membawa 5 barang tersebut  tanpa terlihat kepayahan. Hihi…keren aja. Dan setelah menaruhnya di bagasi taksi, bapaknya kami sodorkan uang yang sempat dia intip dan dia berlalu setelah kami saling mengucapkan terimakasih.
Kami pun menuju Depok dengan posisi aca memangku fafa di kursi depan dan saya beserta ibu di belakang. “Pokoknya jalan yang terdekat dan tercepat untuk sampai Depok ya pak” pesan kami ke Bapaknya.  Aku bukan tipikal orang yang mudah percaya dengan orang lain, jadi saya pun sambil melihat GPS dan mendapati sepertinya Bapaknya sudah mengusahakan jalan yang tersingkat. Alhamdulillaah…segala puji bagi Allah.

Dijalan sempat beberapa kali GPS salah menunjukkan rute, karena ternyata Jalan Serdang Raya (Alamat rumah adek) itu ada bukan hanya di daerah Beji-Depok, tetapi juga di daerah dekat Jatinegara ada jalan Serdang Raya, sehingga terjadi sedikit perbincangan serius tentang kemungkinan salah arah. Akhirnya, kami menelpon suami adek dan meminta petunjuk arahnya. And finally, begitu sampai di dekat rumahnya, karena banyaknya gang tikus, suami adek menjemput di Polsek Beji dan mengiringi taksi yang kami tumpangi hingga depan rumah.

Yeeeeaaa… ketemu Qaishar deh (nama anak adek saya), alhamdulillaah… #tentu juga ketemu adekku dan suaminya hehe

Anak-anak excited banget ketemu adek barunya. Sampai-sampai mereka malas untuk melanjutkan tidur dan harus kami bujuk rayu serta sedikit dipaksa untuk masuk kamar dan tidddoooooorrrr…. #kasihan tata (panggilan anak-anakku ke adekku) dan Amir (suaminya) laaah kalo gak tidur

Oke. Singkat cerita, saya sadar bahwa kunci gembok koper saya tertinggal di Semarang #Subhanallaah… #geleng-geleng kepala. Dan Amir harus mengambil gergaji besi di rumah Bapak yang tidak jauh dari sana. But…ternyata dia harus nunggu adek-adeknya bangun dulu. Oke deh….fafa akhirnya setelah mandi pake celana dalam dan kaos dalam kakaknya yang pastinya ukurannya kebesaran dong…dan tanpa baju luar #youHaveTo ImagineIt! klowor deh pokoknya. 

Haduuuh… tapi gimana lagi. #ketawa tapi ngelus dada. Saya nya masih mending. Saya dipinjami baju tata. Hehe. Tapi kalo masalah daleman gak usah ditanya! #hush

Daaaaan…..ternyata @10AM pipit dan keluarga nya dataaaaaang! Wow…a blessing tapi fafa masih gitu tuh kondisinya #tutup mata pura-pura everything was fine wkwkwkwkkwkwk

Pipit was there sama suami, ketiga anaknya dan keponakannya (anak Ria). Seruuuu pokoknya. Rumah jadi rameeee banget.
Kita ngobrol ngalor ngidul –tahu maksudnya kan?- dan aku gak berfikir kemungkinan ada tamu lain #lagi… when finally ada mobil lain mendekat di depan rumah dan Amir menyambutnya. Hiyaaaahhhh…aku lupa kalo ini mingguuuu. Mungkin banget akan ada tamu lagi lah #tepok jidat
#Fafaaaaa…..gimana kabarmuuuuu wkwkwkwkwkwk. Malu sebenernya, tapi gimana lagi…. Hahhahaha #ketawa ngenes

Tamu yang datang adalah teman tata sebangku sewaktu sma di Jogja, Arina. She came with her baby, husband dan ibunya. Dan fafanya aktiffffffffff banget maen tanpa malu dengan “outfit” kayak gitu sama anak anaknya pipit. Wow gak tuh. #mengingat itu masih ketawa ketiwi malu
Oke deh, pass that shaming part! hahahaha

Setelah Arina and family pulang, Pipit bilang “padahal sebenernya mau ngajak jalan, tapi masih pada capek ya…”. Nah, ibu dengan sigap “meminta tolong dengan tegas” ke Amir untuk mengambil gergaji nya sekarang saja. #nyengir kuda
Alhamdulillaah, in minutes, koper terbuka dan saya mandi #aaaa…baru mandi -- dan fafa kuganti bajunya dengan baju pantas miliknya sendiri #fyuh. Malu-ku terobati hahahaha….

Saya dan anak-anak akhirnya pamitan untuk diajak jalan-jalan sama pipit and fam. Well, perjalanan yang cukup seru menuju Kidzania, karena kekurang tahuan arah jalan ehehe. Setelah tanya akhirnya kami kembali ke track yang benar dan sampailah di Hotel Ritz Carlton Pacific Place, and Kidzania ada di lantai 6 nya.

Terjadi hal yang mengejutkan, karena saat kami berada di dekat lift, tiba-tiba Rafif (anak kedua pipit) yang berusia 2,5 th terlihat seperti terjatuh dari strollernya. Ternyata dia sengaja melorot dari tempatnya karena ingin melarikan diri. Dia fobia lift ternyata!! Sepertinya ada kemungkinan dia klaustrophobia (takut berada di tempat sempit yang tertutup) atau mungkin dia hanya takut lift saja. Kurang tahu detailnya. Tapi heboh lah, karena dia betul betul berontak dari pelukan ayahnya yang mencoba menenangkannya. Akhirnya kami tetap naik lift tapi hanya satu lantai, itupun dengan raungan Rafif yang cukup membuat orang mengeryitkan dahi karena kencangnya. Setelah itu kami harus berpisah. Ayahnya Rafif beserta Rafif mencari escalator dan kami menggunakan lift kembali.
Kami bertemu di depan Kidzania dan mulai mendaftarkan diri, tetapi ternyata ada promo bila menunjukkan STNK Honda Freed maka gratis masuk untuk 2 orang Dewasa. Wow. Akhirnya berhubung STNK nya tertinggal di mobil, Mas ari (suami pipit) harus mengambil dulu di parkiran. Setelah menunggu beberapa lama, Ternyata begitu mau buka mobil Mas Ari Sadar kalo Kunci Mobil ada di Stroller bersama kami #hiyaaaaa….. dan pipit giliran harus turun dan mengantarkan kuncinya. Wkwkwkwkwkwk….seruuu

Setelah mendaftar, kami pun dipasangi gelang elektronik dengan penanda “Toddler”, “Anak-anak”, “Bayi” dan “Dewasa” yang tentunya tidak terlihat. Bila di scan dengan alat yang ada maka akan terdeteksi golongan dari gelang itu. Semuanya berwarna Hijau, kecuali gelang “Bayi” yang berwarna hitam. Oia, bayi tidak perlu membayar loh ya untuk masuk alias gratis.

Setelah masuk, kami memutuskan untuk makan dulu saja dan menggunakan fasilitas Diskon 20% yang kami dapat dari tiket masuk. Makan disana cukup bervariasi, tapi ya cukup standar lah. Bisa dinikmati anak anak. Itu yang penting. Harganya tidak bisa dibilang murah, tapi juga gak mahal banget. Standar tempat rekreasi deh.

Tiket masuk dan makan minum, Pipit yang memaksa untuk membayar. Aku hanya membelikan minum tambahan saja untuk anak anakku dan Izzy karena mereka minta lagi saja. #thanks a lot ya pit….kutunggu gantian ke Semarang ya…

Sambil makan, kami melihat-lihat atraksi drumband dan dance yang ada serta melihat profesi-profesi yang sedang dimainkan anak-anak lain, seperti pemadam kebakaran, security service, window cleaner, serta pelayan hotel.  Mereka tidak sabar untuk segera memainkan profesi itu.

Akhirnya kami berpencar. Saya dengan Aca dan Fafa serta Izzy mencoba “Bread Maker” pertama kali. Tapi izzy lebih tertarik menjadi penjual Sari Roti keliling karena menjadi bread maker harus antri. Aca dan Fafa mencetak roti disana menjadi berbagai bentuk dan pemandunya memanggangkan roti yang telah diselipi keju dan daging asap oleh anak anak. Sebagai upah, mereka mendapat uang Kidzania 5000 serta membawa roti yang telah mereka buat tadi.

Setelah itu pun Aca dan Izzy harus berpisah dengan Fafa dan saya karena berbeda golongan. Fafa yang golongan toddler tidak bisa merasakan seluruh permainan karena dibatasi umur, sedangkan Aca dan Izzy bebas memilih profesi maupun mainan yang mereka suka.

Aca dan Izzy memilih merasakan menjadi Pelayan Hotel, lalu menjadi Mekanik, window cleaner, pilot, pramuniaga Indomaret,  serta Noodle Maker. Sedangkan Fafa menjadi pembeli di Indomaret dengan pramuniaga Aca dan Izzy, menjadi Pilot, merawat tanaman di Green House, serta bersama Azkia (anak pertama Pipit) bermain-main di dapur mainan dan juga menjadi painter. Mereka menikmati semua permainan yang telah mereka pilih. Saya pun menikmati melihat mereka bermain sambil sesekali mengambil foto atau merekam #hanya sesekali sih, jadi dokumentasinya kurang deh.

Setiap permainan dimainkan paling lama 20 menit. Selain habis di area permainan, waktu habis untuk mencari mainan yang ingin dimainkan tetapi tidak antri terlalu lama dan juga sebagian waktu untuk mengantri itu sendiri. Kami mulai bermain sekitar jam 4 dan akhirnya harus selesai karena Azkia mulai mimisan, tanda dia sudah mulai kecapekan atau kedinginan.

Alhamdulillah, sholat yang dijamak memudahkan dan mempersingkat waktu yang ada #Islam itu mudah tapi jangan dimudah-mudahkan

Turun dari lantai  6 ke ground floor kita juga berpencar kembali karena sebagian ambil lift dan Mas Ari dan Rafif naik escalator. Sempat lama menunggu di sebelah mobil yang menyebabkan Azkia, Fafa, Aca dan Izzy bermain lari-larian hingga bergulingan di beton alas parkir sampe celananya kotor #hadduuuuh tepok tepok jidat deh

Perjalanan pulang, saya pribadi sebenarnya sudah ngantuk. Capek sepertinya hehe. Lalu saya mencoba untuk ngajak ngobrol Pipit, tapi beberapa kali saya tertidur #heddeeeh. Moga-moga aja gak ada obrolan yang aku lewatkan pas tertidur. Maaf ya piiiit…….#mringis sambil minta maaf ke Pipit

Sedangkan Ayasha sepertinya sudah kenyang dan capek, tapi Fafanya masih muat lah buat beberapa makanan lagi. And kami kembali diajak makan di KFC yang dilewati dalam perjalanan.
Sambil mainan perosotan, fafa masih mau aku suapin spaghetti yang sudah dihidangkan, dan ayasha pun icip icip saja karena perutnya sudah penuh, katanya. Takut muntah. Fafa berinteraksi disana dengan azkia dan satu teman baru laki-laki seumuran dia yang langsung akrab dan bahkan peluk-pelukan sambil tertawa riang. Dia bilang “aku suka oq bun sama masnya” #hihihi begitu mudahnya anak-anak akrab. Memang anaknya terlihat ramah, riang, tidak nakal dan mudah berbaur juga. Hehe, syukurlah fafa bisa memilah teman yang baik #semoga…

Btw anyway busway, aku gak tau nama anaknya siapa, dan juga fafa spertinya tidak sempat kuminta untuk menanyakan nama anak itu, karena singkatnya pertemuan juga sie. Pengen aja ngajarin sopan ke anak untuk saat bertemu orang baru agar bertanya nama nya untuk berkenalan.
Kami sampai kembali dirumah sekitar pukul 21.30-an. Said thanks a lot to Pipit, to her husband, but didn’t say goodbye to the kids karena dah pada teparrrrr smuaa…

Oia, makanan-makanan yang masih utuh yang dibawa dari KFC itu malah juga dikasihkan ke kami. Gak enak kami sebetulnya menerima semua kebaikannya. Tapi ya sudahlah….kami sangat berterimakasih dan semoga Allah membalas kebaikan tersebut dengan kebaikan juga untuk keluarga pipit. Aamiin…

Masuk rumah, cuci kaki, cuci tangan, mandi, ganti baju dan bobok….itu lah aktifitas selanjutnya bagi anak-anak. Sedangkan saya, lanjut ngobrol dulu bentar sama ibu and tata-Amir. And…bobok deh.

Senin pagi, aktifitas berlangsung biasa dan cukup normal. Konsentrasi hari ini adalah: siap-siap ke Jepara (buat tata-Amir and ibu) dan packing untuk pindah ke penginapan (buat aku and my kids).
Nyuci, nyetrika, misahin baju kami yang mau dibawakan uti (panggilan anak-anakku untuk ibuku) beserta kopernya, dan aku yang hanya akan membawa satu tas saja -biar ringkes- dan handbag- ku. 

Semuanya adalah aktifitas didalam rumah dan sekitar rumah saja. Hanya ada satu kegiatan beli oleh-oleh khas depok di daerah sekitar, yaitu “Brownies Ketan Hitam” yang legit dan berserat tinggi itu. Itupun cukup dekat dengan rumah sehingga dalam stengah jam ibu sudah kembali ke rumah.

Jam 2 siang lebih sedikit, tata ditemani uti pamitan ke tetangga dan menitipkan rumah pada mereka. Taksi pesanan pun datang, kami pun memasukkan barang yang sudah dipersiapkan dan memastikan rumah sudah aman dan terkunci. Semua personil masuk taksi and heading to Tebet Barat.

Mendekati tempat tujuan, fafa mengeluh perutnya sakit. Aku fikir karena dia lapar, karena sebelum berangkat memang cukup lama tidur siang dan belum sempat makan, hanya minum susu UHT coklat satu kotak. Kutawari makan gak mau, tapi agak kurayu, fafa akkhirnya mau membuka mulutnya sedikit karena kutawari tulang muda-nya ayam (kesukaan dia). Begitu tulang muda sudah dikunyah dan masuk ke lambung, dia MUNTAH sodara-sodara…… #hmm ternyata perutnya sakit karena mual. Fafa muntah di pangkuan saya.

Jadilah taksinya berbau muntahan susu coklat yang dia minum sebelumnya. Untungnya sudah dekat sekali dengan penginapan kami (Fontana Residence 1). Akhirnya begitu sampai kami turun dengan baju fafa belepotan muntahan dan bajuku yang sebagian tersiram juga. Saya yang sudah telpon penginapan sebelumnya, ternyata kamar kami sudah dipersiapkan. Saya dan anak-anak pun berpamitan dengan ibu, Amir, tata, dan Qaishar. Mereka melanjutkan perjalanan ke Stasiun Gambir.

Lalu saya minta izin ke resepsionist nya untuk langsung ke kamar dulu memandikan anak dan ganti baju dahulu dan mengurus check-in setelahnya. Masuk area lobi, kesannya Hommy dan segar karena ditengah lobi ada kolam ikan dengan gemericik air yang menenangkan dan berisi cukup banyak ikan Koi besar berwarna-warni. Kamar saya (Kamar Nomor 6), terletak di sebelah kolam. Begitu masuk kamar kami, kesan saya adalah: Sesuai Harapan. Alhamdulillaah. Kamar yang cukup luas dengan fasilitas TV kabel, Bed ukuran Queen komplit dengan bantal dan Bedcover-nya, bedside table, lemari pakaian kayu yang besar dilengkapi satu area hanging shelf dan bersambung dengan meja riasnya, gantungan handuk alumunium, kulkas ukuran medium, Akses Wi-fi dengan security code, serta kamar mandi dalam dengan kran air yang bisa diatur panas dinginnya serta dilengkapi wastafel. Jujur, dengan harga 250rb, saya sangat puas dengan apa yang saya dapatkan. #tips mendapatkan penginapan yang oke ada di halaman yang berbeda. Hanya saja, sewaktu saya mandi dengan fafa, saya dapati ember dan gayungnya sudah berisi air dan terasa licin. Sepertinya airnya sudah lama tidak diganti, meski masih terlihat bening, tetapi ember dan gayungnya licin. Ya sudah, saya ngalahi saya gosok dulu gayung dan embernya hingga kesat dan mengganti airnya dengan air baru. Daripada ribet keluar kamar dan minta di service kan….#untung embernya termasuk kecil

Anak-anakku suka sekali memberi makan ikan dengan remah remah roti yang selalu langsung diserbu habis oleh penghuni kolam, meski beberapa kali kuperingatkan agar gak overfeeding agar kolamnya gak kotor.

Jam 5 lebih kami keluar jalan-jalan melihat sekitar penginapan, ternyata penginapan kami letaknya strategis, dekat dengan SMA 26, banyak penjual jajanan di sekitar penginapan, serta dekat dengan Super Indo dan ATM BNI. Semua hal yang saya sebut bisa dicapai dengan jalan kaki. Jajanan yang kami lihat ada siomay, es cincau hijau, bakso malang, serta terlihat ada warung kucingan kecil. Kamipun wisata kuliner setempat saja, hanya untuk menikmati udara sore disana.

Kami kembali ke penginapan dalam keadaan kenyang, alhamdulillaah. Dan setelah sholat  maghrib anak anak-pun menikmati Channel Disney Junior diatas kasur. Diawal Isya’, teman saya -Upik- datang karena kami sudah janjian sebelumnya. Dan setelah ngobrol sekilas, kami diajak keluar ke daerah Tebet Utara yang ternyata cukup dekat dari sana.
Naaaah....diperjalanan inilah kami merasakan Bajaj untuk pertama kalinya. Sayangnya Bajaj nya bajaj biru alias Bajaj BBG. Katanya upik “Harusnya naek bajai yang kuning na…getarannya MANTAB” hahaha

Saat sampai di daerah Tebet utara tempat nongkrong ini, kesan aku kurang nyaman. Semacam deretan warung terbuka atau kafe terbuka dengan kecenderungan musik yang diputar keras. Yach, semacam biasanya tempat nongkrong gitu lah. Dipinggir jalannya juga banyak penjual sepatu dan aksessoris lain yang menawarkan dagangannya.

Kami akhirnya memilih untuk singgah di salah satu tempat disana. Tetapi sepertinya kami salah memilih. Begitu kami mendekat, susunan meja-mejanya kurang rapi dan terlihat tidak terlalu bersih. Setelah itu bahkan saya baru sadar (setelah pesan makan dan minum sekedarnya) bahwa disebelah kami sedang merokok dengan vulgarnya menggunakan Sisha (Rokok Arab), bahkan terlihat show off. Sangat-sangat kecewa deh dengan pemandangan itu. Kami bawa anak-anak gitu loh.

Akhirnya anak-anakpun terlihat gak betah, dan aca yang memang sudah cukup kenyang mengeluh pusing dan terlihat gak nyaman. Setelah roti bakar keju, jus dan nasi goreng untuk Upik yang dipesan sudah datang, aca pun makan dengan kurang lahap. Fafa pun kurang bisa menikmati makanannya dengan khidmat dan cenderung ingin berjalan-jalan disekitar meja kami.

Pengamen silih berganti datang, dan lucunya ada satu pengamen yang diiringi manusia berkostum boneka cewek yang agak syerem dan fafa saat menoleh dia kaget bukan main serta tampak ketakutan berlari mendekati saya, meski gak nangis. Tapi emang serem tampang bonekanya. Saya aja nglihatnya serem koq. Lucu karena melihat tampang Fafa yang lucu saat kaget hihihi….

Meski suasana kurang nyaman, saya tetap ngobrol with Upik dengan santai dan tetap menikmati pertemuan itu. Tetapi setelah fafa mulai bilang ngantuk, akhirnya Upik mempercepat makannya dan mencoba menghabiskannya segera. Setelah Upik membayar Bill-nya (#thanks ya Pik…) kami pun beranjak, tetapi Aca mengeluh perutnya sakit dan ingin muntah. Ya sudah deh, akhirnya Aca muntah juga di pojokan warung itu dan aku temani hingga selesai. #What a SUPER evening

Saat jalan keluar dari warung tadi dan bergerak menuju jalan besar untuk mencari bajaj or taksi, saya baru menyadari kalau ternyata di sepanjang jalan terlihat beberapa spot kumpulan orang merokok Sisha juga dan kesan yang ditimbulkan adalah: Syerem, and this is NOT my world.

Di penginapan, kami melanjutkan perbincangan sebentar dan karena jam sudah menunjukkan angka 9 lebih, maka Upik-pun pamit untuk melanjutkan perjalanan pulangnya ke Pasar Baru dengan KRL. By the way, dari Upik saya tahu kalau penginapan ini juga sangat dekat dengan KRL. Wow, jadi memang tempat ini cukup strategis ya.

Alhamdulillaah, meski sepertinya kunjungan kami tadi salah tempat, tapi itu tidak mengurangi makna silaturrahim teman yang memang sudah 17 tahun tidak bertemu. Senang bertemu Upik yang baik hati dan pengertian terhadap teman.

Malam itu anak-anak tidur dengan beberapa pijatan yang kulakukan untuk mengurangi penat dan mengoptimalkan istirahat malam mereka. Bismika Allaahumma Ahyaa Wa Bismika Amuut…


Selasa pagi hari, hari yang sudah ditunggu tunggu. Hari pelaksanaan Gathering Microtia jam 8 pagi.
Tidak banyak konflik, alhamdulillaah skali lagi mereka cukup kooperatif. Saya pesan Batagor 2 porsi untuk saya masukkan di tempat bekal kami, fikir saya agar tidak terlambat di acara dan bisa makan saat dijalan. Ternyata saat batagor sudah digoreng, anak anak menghendaki sarapan dengan Mie goreng dan Mie rebus with telor ceplok. Ya sudah deh, gagal rencana gak terlambat, karena mie nya harus makan di tempat lah, lha wong tempat bekal sudah akan penuh dengan Batagor.

Sebelumnya sempat bingung mencari tempat beli ikat rambut yang pantas untuk anak-anakku, karena ikat rambutnya gak kebawa. Ternyata, kata bapak-bapak di dekat ATM BNI itu Super Indo sudah buka! Wow, pagi sekali ya bukanya. Alhamdulillaah, disana dapet ikat rambut yang saya inginkan.

Setelah anak anak makan sambil saya ikat rambutnya, kami pun menuju tempat acara sekalian check-out dari penginapan. Kami awalnya mencari taksi, tapi yang menghampiri  duluan adalah bajaj. 

Kamipun naik bajaj dan dengan request “Jalan yang paling cepet menuju Hotel Harris Tebet ya Pak”.
Ternyata, kalau lewat jalan tikus dan bukan lewat jalan Casablanca nya alias turunnya di belakang Hotel tuh hanya sebentar dan sangat dekat. Tidak sampai 10 menit kami sudah sampai. Kereeeennn!!
!
Disanalah kami bertemu teman-teman senasib sepenanggungan yang sebagian besar belum pernah bertemu muka, hanya chat via milis Microtia Indonesia, WhatsApp, Facebook maupun BBM. Seru, banyak ilmu baru,dan terbuka koneksi serta kesempatan untuk melakukan yang terbaik untuk anak anak kami.

“Fafa ketemu sama banyak temen-temen lain yang telinga kecil seperti Fafa” begitu dia menyebut situasi ini. Dan interaksi mereka satu sama lain tidak berbeda sama sekali dengan interaksi anak-anak pada umumnya. Ceria, sangat cepat akrab, dan sangat menikmati permainan-permainan sederhana yang ada. Disamping anak-anak dengan microtia, cukup banyak juga anak dengan telinga simetris lain yang tampak disana, termasuk anak saya, Aca. Mereka bermain layaknya tidak ada perbedaan yang berarti bagi mereka.

Kebersamaan. Itu sepertinya yang penting bagi mereka.

Ruang acara ada didepan persis ruang playground yang sudah disediakan oleh panitia. Jadi tas perlengkapan yang saya bawa saya taruh begitu saya di salah satu pinggir ruang playground tersebut dan alhamdulillaah aman hingga akhir acara. Saya hanya membawa kemana-mana handbag saya dan tas handycam. Anak-anak pada awal acara belum mau lama di playground dan keluar masuk ruang acara, karena sepertinya blom klik dan merasa masih asing. Lalu saya keluar dari ruang acara dan menemani mereka sebentar untuk berinteraksi dengan teman-teman disekelilingnya dan disana saya melihat Dhitta yang ternyata seumuran dengan Aca. Akhirnya, setelah mereka mau saya tinggal untuk mewarnai, dan saya kenalkan juga dengan Dhitta, saya masuk ke ruangan acara dan ternyata anak-anak tidak masuk kembali ke ruangan acara. Sempat saya cek kembali keberadaan anak-anak saya di playground, ternyata mereka sudah sangat asiknya berinteraksi dan membuat gelang dari karet warna warni yang Dhitta bawa.

Saya memang sengaja mengenalkan Aca ke Dhitta karena berdasarkan informasi dari Cik Susy (mama Dhitta), Dhitta pun merasa kesepian karena teman-teman yang ada sebagian besar masih kecil. Ternyata, Aca n Dhitta sama-sama kelas 3 SD. Ya sudah deh, begitu sudah tahu ada yang seumuran ya kliknya cepet banget. Hehehe….anak-anak gitu loh. Mereka memang menyenangkan.

Saat istirahat makan siang, Cik Susy bilang bahwa mereka tidak ada di playground. Cik Susy khawatir, begitu juga dengan saya.Tetapi saya mencoba tenang. Saya coba cari dulu di kamar mandi, ternyata betul mereka di sana. Aca nemenin adeknya pipis, dan Dhitta ikut dibelakangnya tetapi diam-diam dengan niat untuk mengejutkan Aca. Yach…ternyata mereka aman dan ceria. Alhamdulillaah…

Dan, bagusnya lagi, ternyata mereka sudah mengambil makanan untuk mereka sebelum kami. Bahkan sudah habis, kecuali jatah Fafa. Wah, mandiri betul ya mereka. Siiip deh. Jempol 4 buat mereka. Saya tinggal nyuapin sedikit lagi untuk Fafa karena setelah itu Fafa bilang kenyang. Setelah aku pastikan Fafa cukup makan dan minum, akupun kembali ke ruang acara.

Kami, para orangtua, sejak awal acara, disela-selanya atau diluar ruang acara saling berkenalan dan sebagian besar kami lebih mudah mengenali anak-anaknya dibandingkan dengan orangtua nya. Hehe. 

Yang langsung aku kenali wajahnya saat bertemu adalah pak Stanley, Cik Susy, mba Andien, mb grace dan mba dokter Rina. Kalo mba Ayu, memang kami pernah bertemu dulu di Solo, tapi saat itu Reagan masih bayi. Belum satu tahun sepertinya umur Reagan saat itu. Mba Intan, mba Yesika wongkar bersama Nael-nya serta mb Putri Wahab, saya lupa lupa ingat wajah dalam pic yang ada #nyengir. Mba Thya dan azzam, serta mba Dian dengan Ridwan adalah teman yang sempat cukup intens berkomunikasi via wa (bahkan kalo mba Dian juga per-telpon), akhirnya juga bertemu disana.

Senang dan bersyukur bisa akhirnya bertemu dan bertatap muka dengan mereka. Juga saya berkenalan dengan mb Devi yang memberikan oleh-oleh kopi Acehnya, lalu juga saya jadi tahu Pak Akbar, serta bertemu dengan mb Beby dan Fasya yang video-nya masih tersimpan di hape saya. 

Sebenarnya semua nama yang saya sebut tadi sudah bertemu di whatsapp atau bbm sebelumnya.

Selain itu, saya juga bersyukur dengan semua testimoni dan pasien-pasien yang ditampilkan di depan, karena dari mereka saya belajar lebih disiplin dan bertekad untuk menghantarkan semua anak-anak saya menggali dan mampu menggunakan potensi terbaik mereka, juga belajar lebih bersyukur karena ternyata ambang dengar Fafa di telinga besarnya masih normal, sehingga dia bisa berkembang hingga apa yang dia sudah capai sekarang, karena ternyata masih ada (bahkan mungkin banyak) yang menghadapi tantangan yang lebih berat lagi sehubungan dengan ambang dengarnya yang lebih dari normal, bahkan pada telinga besarpun ada yang ambang dengarnya hanya minimal 60dB. Disana saya juga banyak mengambil pelajaran bahwa operasi itu bukan “hanya” operasi, karena efek psikologisnya juga cukup besar. Rasa trauma sakit dan lain-lain yang dia hadapi akan harus dihadapi bila sudah bilang “Ya, saya mau operasi rekonstruksi”.  Dan lagi, sekali lagi saya juga diyakinkan (yang mana saya sudah yakin sebelumnya) dihadapkan pada kenyataan bahwa operasi rekonstruksi bukanlah satu-satunya hal yang bisa ditempuh dan bukan itu fokus utama kita. Fokus utamanya adalah fungsi pendengaran berfungsi optimal dan anak mampu mengembangkan diri dengan percaya diri dan mampu menerima keadaan dirinya sepenuhnya. Karena seringkali bila kita terlalu fokus pada casing (tampilan luar) saja, kita akan lalai dengan isinya (kualitas hidup dan kehidupannya). Bukankah hidup ini hanya sementara saja dan proses adalah yang utama? Allah maha melihat, Allah maha Kuasa. Yang penting adalah bagaimana kita menjalani hari ini dan saat ini dengan optimal, dengan amal yang terbaik dan dengan usaha terbaik. Hasilnya serahkan saja pada Yang Maha Penentu Takdir.

Sayangnya saya mendapatkan tiket keretanya dengan waktu keberangkatan jam 17.00 dan yang tinggal di Jakarta pasti tahu potensi kemacetan yang mungkin timbul antara jalan Casablanca dan Gambir bila sudah mulai jam pulang kerja atau menjelang pulang kerja. Maka berdasar itu dan berdasar saran ibu yang kemaren ternyata ketinggalan kereta 5 menit, saya memutuskan keluar dari tempat acara jam 3.

Perpisahan bukanlah waktu yang menyenangkan, tapi sebuah keharusan saja.

Anak-anak juga terlihat berat meninggalkan kawan-kawannya dan kesenangannya. “Yaach, nanti aja sih bun pulangnya” itu komen mereka.

Kami naik taksi dari hotel Harris sekitar jam 3 sore lebih 11 menit dan Alhamdulillah jalan masih cukup tidak macet. Hanya di beberapa titik kami merasakan berhenti dan merayap jalannya mobil. Mungkin 2 titik, tetapi tidak terlalu lama. Kami sampai di Gambir jam 15.45. Sempat sholat, beli snack dan membeli susu dengan elatase elektronik lalu setelah beberapa saat menunggu di lantai 1, akhirnya saat kurang 30 menit dari jadwal kami naik ke lantai 2 dan sebentar saja kemudian kereta Argo Sindoro jurusan Semarang datang dan kami segera naik ke gerbong paling bontot alias Gerbong 1. Meski kereta eksekutif, kami “hanya” membayar 230rb kurang karena sedang ada diskon 7500 dari channel pembelian tiket kami. Harga paling murah yang bisa didapatkan untuk kereta eksekutif untuk saat itu.

Tentu kenyamanan sangat berbeda ya dengan perjalanan berangkat. Sejak awal sudah disediakan bantal dan selimut di kursi masing-masing. Dan tentu kursinya nyaman and the air was quieter. Sudah lah, no Question.

Bismillaahi tawakkalnaa ‘ala Allaah. Laa haula wa laa quwwata Illaa Billaah….

Aca hanya selang satu jam sejak keberangkatan sudah tertidur pulas hingga menjelang akhir perjalanan. Sedangkan Fafa lebih sulit tertidur, karena kadang-kadang dia butuh rasa nyaman untuk memulai tidur. Rasa nyaman itu kali ini adalah pelukan bundanya hehe. Ya sudah, saya pindah ke kursi Fafa dan memeluk dia, setelah cukup lama berubah-ubah posisi untuk tetap mencari posisi nyaman dia, akhirnya Fafa pun tidur dan karena sebelah saya turun di Stasiun Tegal, akhirnya Fafa pun tidur disepanjang kursi saya dan sebelah saya yang sudah kosong itu, hingga mendekati Semarang, dimana saya harus membangunkan keduanya untuk bersiap-siap turun. Agak sulit kali ini membangunkan Fafa karena memang jam 11 kurang adalah saat nyenyak-nyenyaknya tidur, apalagi memang cukup baru dia tidur. Baru dua jam kurang mungkin. Tetapi akhirnya mereka pun turun dengan mandiri dan kami tidak perlu menggunakan jasa porter karena barang kami hanya sedikit.

Alhamdulillah…akhirnya kami turun di Stasiun Tawang, meskipun sebenarnya kami bisa turun Poncol yang lokasinya lebih dekat dengan rumah, tetapi Aca request untuk turun di Tawang karena belum pernah naik kereta dari sana.

Finally, kita berada di rumah hampir setengah 12 malam hari selasa 16 September 2014, setelah menggunakan jasa Taksi Kosti yang standby di area Tawang.

Home sweet home… We went home with lots of memories and hikmah added to our life. Hopefully those could be the energy booster to think and act positive at best especially for me and my children.
Krapyak, semarang 18 September 2014


Selasa, Agustus 19, 2014

Resep NUGGET AYAM


BAHAN:
500 g daging ayam tanpa kulit, potong-potong
1-2 butir telur
3 siung bawang putih, cincang
150 g bawang bombai, cincang
200 g (6-7 lembar) roti tawar tanpa pinggiran
350 ml kaldu ayam/air
1/2 sdt merica bubuk
1 sdt garam
minyak goreng untuk mengoles, menumis, dan menggoreng

Pelapis:
300 g tepung panir
3 butir telur, kocok dengan garpu hingga rata

CARA MEMBUAT:
1. Olesi loyang 20x20x6 cm dengan minyak goreng. Lapisi daun pisang atau kertas aluminium, sisihkan. Panaskan dandang berisi air untuk mengukus di atas api kecil.
2. Haluskan daging ayam dan telur dengan food processor/grinder/blender. Sisihkan.
3. Tumis bawang putih dengan 3 sdm minyak goreng hingga harum. Tambahkan bawang bombai, aduk-aduk hingga layu, angkat. Sisihkan.
4. Taruh roti tawar dalam mangkuk besar, tuangi kaldu/air. Remas-remas hingga lumat. Tambahkan daging, bawang tumis, merica, dan garam. Aduk rata.
5. Besarkan api kompor ke nyala sedang.
5. Tuang adonan ke dalam loyang, ratakan. Masukkan ke dalam dandang. Kukus hingga masak (30 menit), angkat. Sisihkan hingga dingin.
6. Bila perlu simpan 4-12 jam dalam lemari es, agar lebih mudah dipotong dan hasil potongannya mulus. Potong-potong sesuai selera. Gulingkan potongan nugget dalam tepung panir, celupkan dalam telur kocok, gulingkan lagi dalam tepung panir.
7. Simpan dalam freezer lemari es. Tahan hingga 2 minggu.

ULASAN WIED HARRY:
*Resep dasar nugget ini bisa digunakan untuk membuat nugget daging sapi, nugget udang, nugget cumi, nugget teri (basah). Anda hanya tinggal mengganti daging ayam dengan bahan lain.
*Jika adonan nugget hendak dicampur sayuran, tambahkan maksimum 100 g wortel serut halus/kuntum brokoli cincang.
*Dalam resep ini sengaja tidak digunakan daging ayam giling (beli di supermarket), karena umumnya ayam giling dicampur dengan kaporit agar tahan lama dan warnanya lebih putih.
*Agar nugget tetap bisa awet hingga 2 minggu, simpan nugget dalam beberapa bagian agar ketika diperlukan tidak perlu seluruh nugget harus keluar-masuk freezer.
*Resep ini bisa menggunakan 1 butir telur saja, tetapi adonan nugget kukus yg telah dingin harus disimpan dulu semalaman (12 jam) dalam lemari es, agar mengeras dan lebih mudah dipotong. Kalau mau gurih dan lebih "pegangan", boleh menggunakan 2 butir, tetapi ketika nugget digoreng, minyak goreng akan berbusa.
*Selain digoreng, nugget enak juga jika dipanggang dalam oven. Sebelum dilapis dengan telur kocok dan tepung panir, potong-potong adonan nugget lebih tipis; kemudian bekukan. Atur nugget beku di loyang kue kering, panggang dalam oven bersuhu 150 oC hingga nugget kering (20-30 menit) - tergantung tebal-tipisnya nugget. 

This is a copy paste material. Just click the pic below to go to the original site ^_^

Resep BROWNIS KUKUS SEHAT


Berikut adalah resep kreasi pak Wied Harry Apriadji (tayang di Reportase Investigasi Trans TV Sabtu 16/6/2012). Dan lagi lagi, ini adalah hasil copas dari page nya beliau yg dibolehkan untuk di share...
Just click the picture below this article to go to the original site ^_^

Semoga resep ini menginspirasi para Sahabat Sehat untuk hanya menyajikan cake-kue enak tapi yang *sehat* dan *alami*. Kita harus terus “naik kelas”, tidak hanya puas dengan membuat cake-kue yang enak saja…

Jauhi semua bahan tambahan (food additives) sintetis! Seperti pengembang sintetis, pelembut sintetis, pewarna sintetis, pengawet sintetis, dll. Karena semua bahan sintetis –betapa pun itu diijinkan untuk makanan- membebani fungsi ginjal dan hati. Jika terus-menerus terkonsumsi, ginjal dan hati mengalami peradangan, sehingga mengurangi fungsinya dan menimbulkan gangguan kesehatan. Tanpa bahan pengembang dan bahan pelembut sintetis, asal kita kenali dengan baik sifat bahan, serta pahami teknik mengocok gula+telur dan mengaduk adonan, cake enak-sehat-alami dijamin mengembang sempurna dan empuk-lembut!

BRONIS KUKUS SEHAT
Untuk 20 potong

60 g tepung mocaf/tepung beras campur*/tepung terigu
40 g cokelat bubuk
½ sdt garam
3 butir telur ukuran besar (@70 g)
100 g gula pasir
50 ml minyak goreng
1 sdm minyak goreng untuk olesan
kertas roti untuk alas, potong selebar dasar loyang

1. Campur tepung, cokelat bubuk, dan garam.
2. Olesi loyang 18x8x6 cm dengan minyak goreng, alasi kertas roti. Panaskan dandang untuk mengukus di atas api kecil.
3. Kocok telur dan gula pasir dengan mikser kecepatan paling tinggi hingga adonan mengembang dan kental (20 menit). [Tandanya: jika adonan dituang, tidak mengalir jatuh.] Matikan dan angkat mikser.
4. Masukkan campuran tepung secara bertahap sambil diayak. Lakukan 3 kali; dan setiap kali selesai memasukkan tepung, aduk balik dengan spatula hingga rata. Tuangi minyak goreng, aduk balik hingga rata.
5. Tuang adonan ke dalam loyang, kukus dalam dandang dengan air sudah mendidih, tutup. Besarkan api kompor ke api sedang. Kukus hingga kue masak (30 menit), angkat. Balikkan bronis ke atas rak kue, lepaskan kertas pelapis. Segera balikkan kembali bronis, sisihkan hingga dingin.
6. Lebih enak jika bronis dipotong-potong dan disajikan 3-4 jam berikutnya, karena bronis sudah lembap/tidak kering.

*TEPUNG MOCAF: Mocaf singkatan dari modified cassava flour, merupakan tepung singkong yang telah difermentasikan, sehingga memiliki tekstur antikempal dan kurang memiliki aroma khas singkong. Bisa menggantikan tepung terigu dalam pembuatan cake-kue. Tepung mocaf tidak mengandung gluten seperti tepung terigu. [Jika menginginkan tepung mocaf, bisa dipesan a.l. pada Kainara – Telp. 0813 1756 2730, 021-847 7417, Email kainara.sehat@gmail, situs webwww.kainara.com. Tepung mocaf bisa dikirimkan ke alamat pemesan dengan tambahan ongkos kirim.] – Bronis kukus buatan saya dalam foto itu saya buat dengan menggunakan tepung mocaf.

*TEPUNG BERAS CAMPUR: Satukan 7 bagian tepung beras, 2 bagian tepung sagu/kanji, dan 1 bagian tepung maizena; ayak. Contoh: untuk membuat stok 1 kg tepung beras campur, campur 700 g tepung beras, 200 g tepung sagu/kanji, dan 100 g tepung maizena; aduk rata, ayak. Simpan dalam wadah terutup rapat. Tepung beras campur bisa menggantikan penggunaan tepun terigu dalam pembuatan cake-kue. Berbeda dari tepung terigu, campuran tepung lokal ini tidak mengandung gluten.

TIP KULINER
1. Kukus adonan bronis hanya setelah air dalam dandang sudah mendidih. Jika adonan bronis dimasukkan ke dalam dandang dengan air belum mendidih, bronis tidak mengembang baik, bahkan bantat.
2. Gunakan api sedang ketika mengukus, agar tekstur bronis lembut dan tidak berlubang-lubang, serta bagian atasnya mulus dan tidak bergelombang. Jika adonan bronis dikukus dengan api besar, maka tekstur bronis akan menjadi lebih kasar, kering, dan berlubang-lubang, dengan bagian atas bergelombang.
3. Jika menginginkan bronis kukus dengan tekstur lebih lembut, ganti sebagian putih telur dalam resep dengan kuning telur. Kuning telur bersifat melembutkan cake-kue, karena mengandung lesitin alami yang bersifat melembutkan. Dengan demikian, kita tidak perlu lagi menggunakan bahan pelembut sintetis (emulsifier). Contoh: ganti penggunaan 3 butir telur dengan 2 butir telur + 2 kuning telur. Hanya saja, ada tambahan kandungan kolesterol dalam cake. Namun jika pola makan kita selama ini dominan sayur-sayuran dan buah-buahan segar, tambahan tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap kesehatan.
4. Jika telu disimpan dalam lemari es, keluarkan dari lemari es 4 jam sebelum dikocok, agar suhunya stabil (suhu ruang).

INFO NUTRISI
Resep ini sengaja menggunakan minyak goreng (kelapa/sawit), karena tidak mengandung lemak trans sebagaimana margarin yang sepenuhnya mengandung lemak trans. Lemak trans adalah jenis lemak jahat yang secara langsung berpengaruh terhadap kenaikan kadar trigliserida darah, sehingga meningkatkan risiko stroke dan serangan jantung. Sementara itu, minyak goreng mengandung lemak jenuh – yang hanya berpengaruh negatif bagi kesehatan jika dikonsumsi berlebihan.

INFO KULINER
Karena tidak menggunakan margarin, bronis kukus sehat ini memiliki daya tahan terbatas (**maksimal** 3 hari). Berbeda dengan bronis kukus menggunakan margarin yang bisa bertahan lebih lama. Nah, ada apa dalam margarin, sehingga bisa membuat bronis kukus lebih awet?.....

Homemade RAW ALMOND MILK

RAW ALMOND MILK
Yuk kita bikin sendiri. Mudah kok. Segar, 100% alami.
Jika tak ada almon, Anda bisa menggantinya dengan kenari (berkulit ari) maupun kacang mete.

[1] Siapkan 1 cup almon (berkulit ari). Cuci, bilas, rendam semalam.
[2] Tiriskan. Masukkan almon ke dalam mangkuk blender, tambahkan 2 cup air masak. Sebagai penambah rasa, bisa tambahkan 1/4 sdt garam dan 2 buah kurma yang sudah dibuang bijinya.
[3] Blender hingga almon halus. Sambil tetap diblender, tambahkan 2 cup air masak.
[4] Tuang ke dalam kantung kain-saring, peras hingga tiris. Jika belum punya, bisa disaring dengan saputangan bersih. [Lebih baik menggunakan saputangan daripada serbet, karena hasil saringan lebih lembut.]
[5] Tuang susu almon ke dalam botol/jar bersih, tutup rapat. Bisa langsung dikonsumsi. Bisa juga disimpan dalam lemari es. Tahan disimpan dan tetap enak hingga 4-7 hari.

TIP KULINER & TIP NUTRISI WIED HARRY:
[1] Selain dari almon, susu nabati ini bisa juga dibuat dari kenari (berkulit ari) maupun kacang mete, seluruhnya mentah - tanpa disangrai/dioven. Takaran dan caranya sama saja dengan membuat susu almon. Nutrisi almon, kenari, dan kacang mete hampir sama, terutama kaya dengan lemak sehat omega-3 dan omega-6, antara lain berfungsi hipolipidemik (mengendalikan kadar kolesterol/trigliserida darah), mencegah stroke dan serangan jantung. Kandungan lemak sehat ini akan banyak rusak jika almon, kenari, kacang mete dipanaskan/dimasak.
[2] Anda tidak perlu menambahkan kurma sebagai sumber pemanis alami jika air masak diganti dengan air kelapa muda. Rasa susu almon -maupun susu kenari atau susu kacang mete- sudah cukup manis bagi penikmat hidangan enak-sehat-alami. Jika suka, bisa juga ditambahkan 100 g kelapa muda yang masih "kemlamut" ketika memblender susu almon/susu kenari/susu kacang mete "segar" ini. Karena kelapa muda mengandung lesitin alami yang juga berfungsi sebagai pengemulsi (emulsifier), maka susu nabati dengan tambahan kelapa muda ini akan tidak mudah mengendap. Hanya saja, susu nabati berkelapa muda sebaiknya segera dihabiskan, karena kurang tahan lama.
[3] Jika belum punya cup, segera ... cari! Bisa diperoleh di toko bahan & alat kue maupun di ACE Hardware (maaf sebut nama). Banyak pilihannya. Mau yang mahal, ada. Mau yang murah-murah, juga ada. Kalau mau sehat, yuk buang segala alasan.

Anyway, ini copas dari FB nya pak Wied Harry Apriadji ya... 
Just click the link in picture below to go to the original site ^_^

Senin, April 14, 2014

Copying Page Reason

Hey, this is not about plagiarism, if you say so. #giggle

I copy useful pages to my page, because:
- so many times i have found that page not available anymore, and hardly find nowhere else.

Is that it? yeach! definitely that's the BIG reason why. And finding the same topic and also the exactly precisely same contains is not easy. and ofcourse waste my time.

Therefore, i copy it to my page, and I ALWAYS put the source of article as the exact same url page.
Happy sharing!

and Thanks for reading this!

Turn A Bar of Soap Into Liquid Hand Soap

Turn A Bar of Soap Into Liquid Hand Soap


this is a page copying from another website. To know the reason why, click here.

savvyhouskeeping how to turn a bar of soap into liquid hand soap
I have a confession to make: I hate bar soap. It gets dirty, is annoying to handle, and takes too long to use up.
Despite this, people like to give me bar soap as a gift, which I feel guilty not using. So I’ve been buying liquid hand soap at $3 a bottle and putting the bar soap in a box with the intention of finding a use for it.
Then it occurred to me that I might be able to convert the bar soap into liquid hand soap. Why didn’t I think of it before? I did some research and found out that it is easy to do. All it takes is melting the soap with water, adding a little vegetable glycerin, and voilà, you have liquid hand soap.
savvyhouskeeping how to turn a bar of soap into liquid hand soap
So I tried it and was thrilled to find that it works great! From one bar of soap, I made close to 2 liters of hand soap, which will last a long time. The only thing I purchased for this project was a $2 bottle of glycerin at my local drug store:
savvyhouskeeping how to turn a bar of soap into liquid hand soap
Glycerin is made from plant oils and is commonly used in soaps, shampoos, and moisturizers. Since bar soap already has glycerin in it, I tried this experiment both ways, with and without the added glycerin. I found that the below recipe worked fine without glycerin, except that the soap tended to clump and didn’t have as smooth a texture. It made enough of a difference that I would recommend adding the glycerin, but you can also try the recipe without it, if you want.

How To Turn A Bar of Soap Into Liquid Hand Soap
Ingredients:
    1 c soap flakes
    10 c water
    1 Tbs glycerin

Equipment:
    Cheese grater
    A large pot
    Measuring cup and spoons
    A spatula for stirring
    A soap container with a hand pump
    A container to hold excess soap
    Funnel

Directions:
First, grate the soap. Get out your cheese grater, grab the soap, and get grating. I found this to be surprisingly easy, although the soap particles tend to float in the air as you grate. You can wear a mask to avoid breathing it in. When you’re done, the soap flakes look like grated Parmesan:
savvyhouskeeping how to turn a bar of soap into liquid hand soap
One bar of soap yielded a little over 1.5 cups of flakes. The recipe only uses one cup of soap flakes, so I put the remaining soap in a jar for later use.
In a large pot, combine 1 cup soap flakes, 10 cups water, and 1 Tbs glycerin. Turn on medium-low heat and stir until the soap dissolves. This happens fast, about a minute or two.
Let the soap cool completely, then pour into containers using a funnel. That’s all there is to it!
savvyhouskeeping how to turn a bar of soap into liquid hand soap
As I mentioned, this recipe makes a lot of soap, about 6 bottles worth. I put the excess in a large bottle and am storing it under the sink until I need more.
You can also use this soap as body wash. To make it smell nice, add a drop or two of essential oil to the mix.
As I mentioned, the only thing I bought for this experiment was the glycerin. I reused the bottles and the soap was a gift. In the end, I used about $.40 worth of glycerin to make the equivalent of 6 bottles of hand soap. That’s a savings $17.60, well worth the half hour of my time it took to make the soap.
------------------------------------------------------
ETA: The kind of soap you use may be a bit of a wild card, since every soap will have different ingredients in it. I got the best results with a bar of Yardley soap, which did not even need the glycerin to become hand soap.
Dove Sensitive Skin Beauty Bar seems to be more difficult to turn into hand soap, which I would guess has something to do with the “sensitive” formula.
ETA II: I’m happy so many of you are finding this recipe helpful. If you are having trouble, such as thin or watery soap or “snot-like” soap, I encourage you to read through the comments. Lots of people have reported back with their experiences with the recipe and troubleshooted the problems. It seems that sometimes letting the soap sit to thicken in the pot or hacking it with a hand blender to loosen it does the trick.
ETA III: For a solution on getting the soap to lather, try a foaming soap dispenser.
Good luck!
-------------------------------------------

Note: (useful comments)
COMMENT BY TAMMY
March 18, 2011 @ 1:26 pm
I followed this recipe and it came out the consistency of skim milk. Because of my allergies I used a bar of Dove unscented. I ended up adding the other half of the bar (total of 2 Cups) and another tablespoon of glycerin (which totaled 2 T.), and it still didn’t thicken up. Is there a typo on this recipe? Should the 10 cups of water be a lesser amount? Or should I be using a different type of bar to have a thicker liquid result? Thanks so much! I can’t wait for this to work out. I’m going to use the thinner stuff, but my hubbby will hate it. LOL I won’t begrudge it. He hates using bars, and I hate using other liquids. I wash my hands a LOT since I’m in the kitchen so much due to my food allergies, and my hands dry out, crack and bleed from all the washing. I’m hoping this will help alleviate that problem. =) Love your blog site!
COMMENT BY CAROLINE
March 18, 2011 @ 7:41 pm
I’ve tried this twice with two different types of soap. The first one didn’t need any glycerin but needed twice the water, and the second I had the same problem as Tammy – 8 tbsp of glycerin and it’s still very, very runny.
First bar was a Trader Joe’s tea tree oil bar, second was Dove unscented/sensitive skin.
I love the blog and this idea – maybe I’m just messing up this recipe?
COMMENT BY SAVVY
March 19, 2011 @ 8:02 am
Caroline and Tammy: Sorry to hear you are having problems with the recipe! It’s hard for me to reply without seeing what you did, especially if you are doing things like adding twice the water (of course it was runny?) and 8 times the glycerin.
No, there's no typo. I can say that I tried this recipe out several different ways and it worked great every time, as you can see by the post. The only wild card here is the kind of bar of soap, since they all have different ingredients. I got the best results with a bar of Yardley soap. It sounds like Dove soap in particular doesn’t work as well. Try a higher quality soap?
COMMENT BY JANEY
March 19, 2011 @ 2:22 pm
Hi, I’m having a similar experience as Tammy. I tried Irish Spring, which is my son’s favorite soap. First, it didn’t become crumbs, but grated off in little strips. I didn’t think it would matter in the long run, but it definitely didn’t thicken in the water. I waited a long time after it cooled to see if anything happened, but it stayed thin and runny. I eventually added in the entire bar and it stayed like water. Maybe it has to be a ‘dry’ type of bar soap?
- COMMENT BY JANEY
March 20, 2011 @ 8:06 am
I know I posted a comment yesterday that the soap didn’t thicken, but I left it out all night and this morning it just as I expected it to be. It did clump a little, but I stirred it and spooned it into the bottle and it was fine. I guess it just needed time to ‘gel’. Thanks for the recipe!
- COMMENT BY KIM
April 3, 2011 @ 2:29 pm
I tried this over the weekend with some… interesting results. I wanted to make a half batch of liquid soap (not having space to store 6 bottles!) but after reading the comments above, and considering the texture of the grated soap, though I had better put all of the bar into the pot. I thought that it would be much easier to water down the end product than to make it less runny, especially as I had no more of the same soap. I was so disappointed when I finished as it was just like water, but I let it sit and cool and came back to a semi-solid (very nice smelling) jelly. I reheated, added more water, cooled, still had jelly, so reheated added water and cooled again. Finally, it’s a plunger bottle soap consistency. I think I could have added a little extra water to make it less sticky, but I’m happy with the result now. I used a bar of passionfruit soap from the Body Shop which was almost transparent, rather than the creamy Dove-type soap, which I think accounts for the difference in texture. Thanks for posting this, a great idea, and with some patience, perseverance, and experimentation, I think it will work for any soap!
COMMENT BY NCL82
April 19, 2011 @ 6:18 pm
To thicken the soap, mix 3tbsp. table salt into 8oz hot water until dissolved, whisk the salt solution a little at a time into your runny soap mixture until desired thickness, (soap mixture does not have to be hot, can be room temp) you may need more of the salt solution. I make a liquid soap using, 1 grated 4oz bar of Kirk’s Original Castile and a gallon of distilled water and the salt solution.
COMMENT BY STACEY
May 19, 2011 @ 11:52 am
Oh, and a suggestion for those with runny soap… try putting it in a foamer bottle. It may be perfect for that!
COMMENT BY JASMIN
June 13, 2011 @ 5:58 am
Hi, I followed the recipe and added some freshly ground cinnamon and sweet orange EO at the end. Mine turned out watery after cooling. However, I used my hand blender to whip it up and in ten seconds flat, I had thick and creamy liquid soap. Hope this helps others.
Thanks a lot for this recipe. So far, its the simplest on the net :D
COMMENT BY RACHELLE
April 16, 2011 @ 2:02 pm
I made this using a bar of Ivory soap (actually about 2/3 of a bar = 1 cup grated). I really wanted to love this, but honestly I am disappointed by the fact that there are no suds. I certainly love the price and the DIY aspect, but it feels weird to wash my hands with no suds at all. Did anyone else get suds using a different soap?

Sabtu, Februari 15, 2014

Weekends full of pepes, with PEPES TONGKOL


Ketertarikan dengan menu pepes itu sebenarnya sudah terpupuk sejak kecil, hanya saja berhubung jarang membantu ibu di dapur dan kebetulan ibu saya juga bukan penggila dapur, jadilah saya belajar masak sejak akhir kuliah dari internet, mencoba-coba resep. 
Dari awalnya dulu yang sepertinya semua resep terlihat enak dimata, tapi begitu dicoba ternyata masih kurang mantep gitu. Sekarang sudah bisa selektif mana kira-kira resep yang enak dan mana yang kurang, mana yang cukup gizi dan gimana memodifikasi resep. 
Alhamdulillah, bukan ahli masak dan bagi saya pribadi saya gak jago masak, tapi bersyukur anak-anak terutama ayasha sering memuji masakan bundanya. Semoga bunda bisa terus belajar lebih baik ya nak ^_^

Weekend minggu depan insyaAllah akan mencoba resep resep pepes untuk keluarga. Resep proteinnya ingin PEPES TONGKOL ini. 
Dan menu ini cocok sebagai pelengkap nasi biasa, nasi uduk, maupun NASI PEPES.
Dengan sayuran Lalapan.....Mmmm..... dah salivasi nie hihihi....

Bahan-bahan/bumbu-bumbu :
5 ekor (340 gram) ikan tongkol pindang atau ikan tongkol segar, dipotong-potong 
100 ml santan dari 1/2 butir kelapa
2 tangkai daun kemangi, dipetiki 
3 lembar daun pisang untuk membungkus 

Bumbu Halus:
5 buah cabai merah keriting 
2 buah cabai merah besar 
8 butir bawang merah 
3 siung bawang putih 
4 butir kemiri, disangrai 
1 cm kunyit, dibakar 
1 cm jahe 
1 cm lengkuas 
1 buah tomat merah 
1 sendok teh garam 
3/4 sendok teh gula pasir 

Cara Pengolahan :
  1. Aduk rata bumbu halus, santan, dan daun kemangi.
  2. Lumuri ikan tongkol pindang dengan campuran bumbu. Sisihkan.
  3. Ambil daun pisang. Letakkan ikan dan bumbunya. Bungkus. Semat ujungnya dengan lidi.
  4. Kukus 45 menit di atas api sedang sampai matang. Angkat.
  5. Bakar pepes sampai harum.



Untuk 10 bungkus

assalamu'alaikum....

hopefully this can be "something" for anybody