Selasa, April 15, 2008

Pendidikan Dokter Lanjutan

Sekarang lagi ngetren bahwa dokter, terutama dokter-dokter umum, ikut kursus-kursus atau pelatihan untuk menambah ‘kelebihan’ mereka. Sayangnya, tidak jarang mereka salah dalam meniati hal tersebut. Seringkali mereka bermaksud menjaring pasien lebih banyak lagi dengan kemampuan atau sertifikat itu. Mereka (dan termasuk saya) tidak atau belum ingin untuk mendalami spesialisasi (PPDS / Program pendidikan dokter spesialis) karena terhalang biaya. Wah, dah gak bisa dipungkiri lagi, biaya pendidikan memang semakin lama semakin mahal. Apalagi pada PPDS, terutama yang saya lihat di Jawa tengah, harganya selangit. Benar-benar orang berduit-lah yang mampu untuk memasukinya. Atau minimal punya koneksi ‘orang dalam’.
Tak sedikit orang yang masih berfikir bahwa pendidikan dokter itu adalah ‘dewanya ilmu kesehatan’ . Dulu, waktu saya masih awal-awal kuliah kedokteran juga berpikiran serupa (astaghfirullah…)
Setelah banyak baca, ternyata ilmu kedokteran sendiri itu gak cuma berupa ilmu yang dipelajari di Fakultas Kedokteran (FK) di Indonesia aja. dan ternyata lagi, ilmu kedokteran yang di pelajari di FK Indonesia itulah yang dinamakan ilmu kedokteran barat. Nah, ilmu kedokteran lain ya contoh kecilnya ilmu kedokteran china, Islam, Timur tengah dll, yang masing masing punya metode pendiagnosan dan cara terapi yang unik. Dan lagi, masing-masing jelas punya kelebihan dan kekurangan.
Sekarang, lihat saja, selalu ada perkembangan baru tetang cara pendiagnosaan atau terapi penyakit, yang selalu saja harganya jauh lebih tinggi dibandingkan cara sebelumnya. Dan ujung-ujungnya, tidak selalu bisa (bahkan seringkali tidak bisa) diterapkan dilapangan, terutama di tempat praktek yang wilayah sekitarnya adalah masyarakat kalangan menegah ke bawah. Nah, itulah salah satu kekurangan pengobatan cara barat.
Selain itu, masih banyak penyakit penyakit yang memnag belum diketahui obatnya, seperti Virus dan AIDS. Bagaimana dengan penyakit penyakit degeneratif dan kronis, seperti Hipertensi dan Diabetes? ternyata tingkat ketergantungan obatnya sangat tinggi. Kemudian lagi, bagaimana dengan kanker, terutama yang stadium lanjut? setiap prognosis pada penyakit kanker stadium lanjut selalu disertakan harapan hidup penderita, dan biasanya kurang dari 10 atau 5 tahun.
Ilmu kedokteran barat memang paling canggih, karena semakin menyelami dunia biomolekuler, sehingga bahkan DNA pun bisa diPETAkan, dan karena itu pula timbul cloning. Tapi apa dalam urusan terapi ilmu kedokteran barat yang paling baik? TIDAK!
Dengan metode akupuntur terbukti banyak penyakit-penyakit yang berhubungan dengan alergi dan imunitas lain yang dapat diminimalkan bahkan sembuh, termasuk beberapa penyakit infeksi, padahal dokter sudah angkat tangan.
Atau, dengan bekam ternyata banyak pasien hipertensi, dislipidemia dan penyakit ginjal kronis yang dapat terkontrol dengan hasil yang lebih baik.
Atau, dengan pengobatan menggunakan prinsip herba ternyata kanker stadium lanjut dapat sembuh dengan hasil yang jauh lebih baik dibandingkan kemoterapi, juga dengan harapan hidup yang sama dengan orang sehat lainnya. Dan dengan herba juga, para ODHA (orang dengan HIV / AIDS) dapat menjalani hidup seperti layaknya orang normal dan dengan harapan hidup yang sama dengan orang sehat.
Dan ini bukan isapan jempol belaka, karena yang saya tulis adalah kisah nyata, bukan karangan saya.
Wow bangget khan?!
Makanya, sangat disayangkan bila seorang dokter sudah puas dengan ilmuanya dan gak pengen nambah ilmu lagi.
Nah, setelah ini ambil kursus, pelatihan atau pendidikan apa lagi dok?

Tidak ada komentar:

assalamu'alaikum....

hopefully this can be "something" for anybody