Sabtu, April 19, 2008

Laskar Pelangi....


Reputasi buku itu membuatku ingin sekali membacanya sejak -kurang lebih- 3 bulan yang lalu. Tapi baru hari ini aku membacanya, karena dipinjami oleh Bulik-ku, bulik tuti.
Sebelum membuka bukunya ku baca komentar komentar yang ada di halaman belakang dan depan buku itu. Wow… rasanya bakal baca buku bagus nih, pikirku.
Begitu kumulai baca lembaran pertama…aku tidak bisa berhenti hingga akhirnya dalam ¾ hari aku berhasil menamatkan seluruh isi buku itu.
Aku larut dalam kelucuan, imajinasi yang begitu hidup, air mata kesedihan dan juga kegetiran perasaan yang ditimbulkan oleh kenyataan bahwa ini bukanlah dongeng, tapi kisah nyata yang didongengkan.
Lintang –tokoh yang paling aku banggakan- berakhir nasibnya secara tragis sebagai buruh kasar (aku tidak suka dengan kata-kata ‘buruh rendahan’) karena lemah ekonomi, padahal otaknya super jenius dengan hati yang super rendah hati. Seseorang yang seharusnya dapat mengubah nasib bangsa menjadi jauh lebih baik karena inovasi dan kreativitasnya yang sangat dapat dipertanggungjawabkan baik di dunia maupun di akhirat. Bahkan hingga sekarang, bila aku mengingat nasib Lintang aku masih tersedu, sangat sedih dan menyesal, rasanya bangsa telah membuang intan yang paling berharga ke kubangan Lumpur Sesuatu yang sangat patut disesali. Kalau boleh aku berandai-andai…jika saat itu aku berada disana, kan kuperjuangkan pendidikan Lintang hingga darah penghabisanku. Sungguh, dari hati terdalamku aku sangat menyayangkan putusnya pendidikan Lintang.
Ya Allah, semoga ini benar-benar menjadi pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia dan bagi siapapun yang membacanya. Semoga segera bermunculan Lintang-Lintang yang lain dengan nasib yang jauh lebih baik darinya.
Tapi, bila memang Allah menghendaki Lintang berakhir seperti itu apa perlu disesali oleh Lintang?
Tidak! Seperti yang juga tertulis dibuku itu bahwa segala sesuatu sudah tertulis di Lauhul Mahfudz sebelum semuanya terjadi. Jadi bagi Lintang dan Lintang-Lintang lain yang bernasib kurang lebih sama, yang seharusnya dilakukan –dan sepertinya Lintang sudah melakukannya dengan baik- adalah bersyukur atas segala nikmat yang diberikan padanya. Karena memang kehidupan dunia tidaklah adil. Keadilan yang hakiki adalah keadilan setelah kematian. Maka orang-orang yang pandai bersyukurlah yang akan berbahagia selamanya.
Bagimana dengan tokoh-tokoh lain anggota laskar pelangi? Mereka benar-benar seperti pelangi. Dengan keunikan mereka masing-masing, kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kehidupan masa kecil mereka adalah kehidupan dongeng yang nyata. Sungguh menggairahkan.
Syahdan yang selalu jadi pecundang tapi selalu ikhlas, Harun yang menderita retardasi mental, Sahara yang temperamental tapi juga lembut hati, Kucai yang bodoh tapi pandai membual dan mengambil hati orang, Trapani yang tampan dan mother addict, A Kiong si Tionghoa yang sangat lugu dan polos tapi keras kepala (yang berganti nama menjadi Nur Zaman setelah menjadi muslim), Samson yang terobsesi kepada body building dan kejantanan, Ikal yang jago badminton dan bercita-cita menjadi penulis, Mahar si seniman luar biasa yang juga mengangkat martabat perguruan muhammadiyah-nya selain Lintang, serta Flo (anggota laskar pelangi yang paling terakhir terdaftar) satu-satunya orang kaya yang berada di SD-SMP miskin itu dan satu-satunya makhluk perempuan di Laskar Pelangi selain Sahara.
Sungguh, buku ini adalah a must read 4 everyone!!!

Tidak ada komentar:

assalamu'alaikum....

hopefully this can be "something" for anybody