Hey, Hallo…. I’m so excited to write about this journey.
A Journey to Microtia Gathering @Harris Hotel, Tebet,
September 16th 2014.
Sbenernya bingung mau mulai dari mana, tapi aku tuliskan
saja dulu. Nanti masalah ngedit belakangan aja lah #nyengir
Oia, sebelumnya makasih banget buat suamiku tercinta Rudi Rangkuti yang sudah mengizinkan kami buat pergi jalan-jalan hehe, padahal haknya buat ketemu keluarganya pas weekend jadi kecabut #gak papa ya yah...
Makasih juga buat Mas Syefa (my son) yang bersedia berbesar hati gak ikut karena keadaan yang tidak memungkinkan #InsyaAllah lain kali kita bareng satu keluarga going to wonderful place
Oke, mulai cerita ya....
Oia, sebelumnya makasih banget buat suamiku tercinta Rudi Rangkuti yang sudah mengizinkan kami buat pergi jalan-jalan hehe, padahal haknya buat ketemu keluarganya pas weekend jadi kecabut #gak papa ya yah...
Makasih juga buat Mas Syefa (my son) yang bersedia berbesar hati gak ikut karena keadaan yang tidak memungkinkan #InsyaAllah lain kali kita bareng satu keluarga going to wonderful place
Oke, mulai cerita ya....
Kumpul-kumpul microtia ini extraordinary. Selain yang
ngadain dokter Ria Trimartani spesialis THT, beliau pun membuat konsepnya atau
idenya juga bukan acara gathering biasa tetapi sekaligus acara Workshop
tatalaksana microtia buat para dokter THT dan dokter umum juga. Daaan…bagi kami
para keluarga inti microtians….this event is free of charge! #horeee
Oke. Jadi acara ini sudah saya planning kan jauh jauh hari,
tapi gak tahu gimana caranya biar hemat. Soalnya, you know lah, lagi nabung
buat beberapa pos yang juga kami sekeluarga planningkan. Akhirnya, hingga
sebulan sebelum hari H saya blom juga beranjak dari sekedar “pengen ikut” but
no action, karena hasil searching budget bisa sampe 2 juta an, atau bahkan
lebih. Tetapi akhirnya, dengan bantuan Allah (tentu bantuan Allah datang juga
karena usaha), budget bisa berkurang. #for budgeting detail of this trip, I’m gonna write in
different page
Alhamdulillah, akhirnya kami berangkat sabtu petang (13
September) dengan kereta ekonomi berempat (@45rb) #jawdropping –btw harga ini
Cuma beda 5 ribu doang sama harga tiket travel Jepara-Semarang!
Berempat itu: saya, 2 anak perempuan saya –Ayasha dan Fafa-,
dan ibu tercinta saya –Ibu Endah. Berangkat dari Semarang hari Sabtu jam 18.45, dan kereta
betul-betul berangkat tepat waktu. Salut untuk PT.KAI yang semakin hari
pelayanannya semakin baik dan On-Time. What I don’t really like about economy
class train – but at the same time I admire it- adalah terlalu kekeluargaan deh
ih. Alias seringkali orang berpindah tempat hanya untuk mendekat kepada
temannya atau saudaranya, sehingga membuatnya jadi less secure untuk keamanan
barang. Kita tidak bisa betul-betul mengidentifikasi siapa yang harusnya tidak
boleh berada di bangku dekat kita, ya karena orangnya selalu berubah rubah.
Yang lain menurutku standar lah. Apa sih yang diharapkan dari harga murah.
Tempat duduknya berbusa meski gak empuk, sandaran tempat duduknya 90o,
tempat duduk yang berhadap-hadapan dengan tempat kaki yang sempit bahkan bisa
dibilang gak bisa gerak. Diimbangi dengan AC yang dingin dan setiap orang
mempunyai jatah tempat duduk (alias gak mungkin naik tapi gak dapet seat)….menurut saya harga ekonomi sudah
cukup pantas. Dan seat yang gak nyaman itulah yang mungkin membuat orang jadi mobile dan mencari tempat diluar seat
nya agar bisa “agak gerak” hehe….
It was not my first time travelling with economy class…tapi
perasaannya kurang lebih sama: Kurang nyaman dan panas di pantat –maaf-.
Aca (panggilan ayasha) dan fafa sungguh kooperatif sepanjang
jalan. Ibuku tersayang membawakan snack dan saya membawa pudding dan minum
sehingga anak-anak pun tidak kelaparan dan tidak juga jajan. Kami hanya menyewa
bantal 2 buah untuk memberi kenyamanan yang “lebih” pada anak-anak saja.
Setelah mereka cukup kenyang mereka tidur sejak
jam 8.
Di tengah perjalanan, kami mendapatkan informasi bahwa lebih
baik kami turun di stasiun Jatinegara daripada Pasar Senen, karena jarak yang
lebih dekat dari Depok. So, we decided to
go off at Jatinegara. Alhamdulillah, anak-anak masih tertidur hingga kereta
akan tiba di Jatinegara jam 1 dini hari, sehingga mereka harus kami bangunkan.
Bersyukur banget deh mereka gak rewel dan sangat kooperatif, terutama anak
seumur fafa. And, thanks to Aca too, that
she kept her little sister in fun air.
Makasih ya anak-anakku…Barakallaah ‘alaikumaa.
Setelah sampai disana, berhubung kondisi harus cepat-cepat
turun dan agak berdesakan, akhirnya kami memakai jasa Porter untuk
mengangkatkan koper dan barang-barang kami. Dari beliau juga kami meminta untuk
sekalian diantarkan ke tempat parkir taksi bluebird terdekat. Not that we don’t trust the other providers,
tapi gak tahu track record nya. Dan
memang pengalaman terbaik naik taksi memang selalu dari bluebird.
Ternyata parkir taksi bluebirdnya agak jauh dibandingkan
jenis taksi lain. Harus nyebrang bo. Kita sie gak papa, tapi agak kasihan aja
sama bapaknya bawa 5 jenis barang kita, termasuk diantaranya Koper dan 2 tas
yang cukup besar. Wow banget lihat kesigapannya membawa 5 barang tersebut tanpa terlihat kepayahan. Hihi…keren aja. Dan
setelah menaruhnya di bagasi taksi, bapaknya kami sodorkan uang yang sempat dia
intip dan dia berlalu setelah kami saling mengucapkan terimakasih.
Kami pun menuju Depok dengan posisi aca memangku fafa di
kursi depan dan saya beserta ibu di belakang. “Pokoknya jalan yang terdekat dan
tercepat untuk sampai Depok ya pak” pesan kami ke Bapaknya. Aku bukan tipikal orang yang mudah percaya
dengan orang lain, jadi saya pun sambil melihat GPS dan mendapati sepertinya
Bapaknya sudah mengusahakan jalan yang tersingkat. Alhamdulillaah…segala puji
bagi Allah.
Dijalan sempat beberapa kali GPS salah menunjukkan rute,
karena ternyata Jalan Serdang Raya (Alamat rumah adek) itu ada bukan hanya di
daerah Beji-Depok, tetapi juga di daerah dekat Jatinegara ada jalan Serdang
Raya, sehingga terjadi sedikit perbincangan serius tentang kemungkinan salah
arah. Akhirnya, kami menelpon suami adek dan meminta petunjuk arahnya. And
finally, begitu sampai di dekat rumahnya, karena banyaknya gang tikus, suami
adek menjemput di Polsek Beji dan mengiringi taksi yang kami tumpangi hingga
depan rumah.
Yeeeeaaa… ketemu Qaishar deh (nama anak adek saya),
alhamdulillaah… #tentu juga ketemu adekku dan suaminya hehe
Anak-anak excited banget ketemu adek barunya. Sampai-sampai
mereka malas untuk melanjutkan tidur dan harus kami bujuk rayu serta sedikit
dipaksa untuk masuk kamar dan tidddoooooorrrr…. #kasihan tata (panggilan
anak-anakku ke adekku) dan Amir (suaminya) laaah kalo gak tidur
Oke. Singkat cerita, saya sadar bahwa kunci gembok koper
saya tertinggal di Semarang #Subhanallaah… #geleng-geleng kepala. Dan Amir
harus mengambil gergaji besi di rumah Bapak yang tidak jauh dari sana.
But…ternyata dia harus nunggu adek-adeknya bangun dulu. Oke deh….fafa akhirnya
setelah mandi pake celana dalam dan kaos dalam kakaknya yang pastinya ukurannya
kebesaran dong…dan tanpa baju luar #youHaveTo
ImagineIt! klowor deh pokoknya.
Haduuuh… tapi gimana lagi. #ketawa tapi
ngelus dada. Saya nya masih mending. Saya dipinjami baju tata. Hehe. Tapi kalo
masalah daleman gak usah ditanya! #hush
Daaaaan…..ternyata @10AM pipit dan keluarga nya dataaaaaang!
Wow…a blessing tapi fafa masih gitu tuh kondisinya #tutup mata pura-pura
everything was fine wkwkwkwkkwkwk
Pipit was there
sama suami, ketiga anaknya dan keponakannya (anak Ria). Seruuuu pokoknya. Rumah
jadi rameeee banget.
Kita ngobrol ngalor ngidul –tahu maksudnya kan?- dan aku gak
berfikir kemungkinan ada tamu lain #lagi… when
finally ada mobil lain mendekat di depan rumah dan Amir menyambutnya. Hiyaaaahhhh…aku
lupa kalo ini mingguuuu.
Mungkin banget akan ada tamu lagi lah #tepok jidat
#Fafaaaaa…..gimana kabarmuuuuu wkwkwkwkwkwk. Malu
sebenernya, tapi gimana lagi…. Hahhahaha #ketawa ngenes
Tamu yang datang adalah teman tata sebangku sewaktu sma di Jogja,
Arina. She came with her baby, husband dan ibunya. Dan fafanya
aktiffffffffff banget maen tanpa malu dengan “outfit” kayak gitu sama anak
anaknya pipit. Wow gak tuh. #mengingat itu masih ketawa ketiwi malu
Oke deh, pass that
shaming part! hahahaha
Setelah Arina and family pulang, Pipit bilang “padahal
sebenernya mau ngajak jalan, tapi masih pada capek ya…”. Nah, ibu dengan sigap
“meminta tolong dengan tegas” ke Amir untuk mengambil gergaji nya sekarang
saja. #nyengir kuda
Alhamdulillaah, in minutes, koper terbuka dan saya mandi
#aaaa…baru mandi -- dan fafa kuganti bajunya dengan baju pantas miliknya
sendiri #fyuh. Malu-ku terobati hahahaha….
Saya dan anak-anak akhirnya pamitan untuk diajak jalan-jalan
sama pipit and fam. Well, perjalanan yang cukup seru menuju Kidzania, karena
kekurang tahuan arah jalan ehehe. Setelah tanya akhirnya kami kembali ke track yang benar dan sampailah di Hotel
Ritz Carlton Pacific Place, and Kidzania ada di lantai 6 nya.
Terjadi hal yang mengejutkan, karena saat kami berada di
dekat lift, tiba-tiba Rafif (anak kedua pipit) yang berusia 2,5 th terlihat
seperti terjatuh dari strollernya. Ternyata dia sengaja melorot dari tempatnya
karena ingin melarikan diri. Dia fobia lift ternyata!! Sepertinya ada
kemungkinan dia klaustrophobia (takut berada di tempat sempit yang tertutup)
atau mungkin dia hanya takut lift saja. Kurang tahu detailnya. Tapi heboh lah,
karena dia betul betul berontak dari pelukan ayahnya yang mencoba
menenangkannya. Akhirnya kami tetap naik lift tapi hanya satu lantai, itupun
dengan raungan Rafif yang cukup membuat orang mengeryitkan dahi karena
kencangnya. Setelah itu kami harus berpisah. Ayahnya Rafif beserta Rafif
mencari escalator dan kami menggunakan lift kembali.
Kami bertemu di depan Kidzania dan mulai mendaftarkan diri,
tetapi ternyata ada promo bila menunjukkan STNK Honda Freed maka gratis masuk
untuk 2 orang Dewasa. Wow. Akhirnya berhubung STNK nya tertinggal di mobil, Mas
ari (suami pipit) harus mengambil dulu di parkiran. Setelah menunggu beberapa
lama, Ternyata begitu mau buka mobil Mas Ari Sadar kalo Kunci Mobil ada di
Stroller bersama kami #hiyaaaaa….. dan pipit giliran harus turun dan
mengantarkan kuncinya. Wkwkwkwkwkwk….seruuu
Setelah mendaftar, kami pun dipasangi gelang elektronik
dengan penanda “Toddler”, “Anak-anak”, “Bayi” dan “Dewasa” yang tentunya tidak
terlihat. Bila di scan dengan alat yang ada maka akan terdeteksi golongan dari
gelang itu. Semuanya berwarna Hijau, kecuali gelang “Bayi” yang berwarna hitam.
Oia, bayi tidak perlu membayar loh ya untuk masuk alias gratis.
Setelah masuk, kami memutuskan untuk makan dulu saja dan
menggunakan fasilitas Diskon 20% yang kami dapat dari tiket masuk. Makan disana
cukup bervariasi, tapi ya cukup standar lah. Bisa dinikmati anak anak. Itu yang
penting. Harganya tidak bisa dibilang murah, tapi juga gak mahal banget.
Standar tempat rekreasi deh.
Tiket masuk dan makan minum, Pipit yang memaksa untuk
membayar. Aku hanya membelikan minum tambahan saja untuk anak anakku dan Izzy
karena mereka minta lagi saja. #thanks a lot ya pit….kutunggu gantian ke
Semarang ya…
Sambil makan, kami melihat-lihat atraksi drumband dan dance yang ada serta melihat profesi-profesi yang sedang dimainkan
anak-anak lain, seperti pemadam kebakaran, security
service, window cleaner, serta
pelayan hotel. Mereka tidak sabar untuk
segera memainkan profesi itu.
Akhirnya kami berpencar. Saya dengan Aca dan Fafa serta Izzy
mencoba “Bread Maker” pertama kali.
Tapi izzy lebih tertarik menjadi penjual Sari Roti keliling karena menjadi
bread maker harus antri. Aca dan Fafa mencetak roti disana menjadi berbagai
bentuk dan pemandunya memanggangkan roti yang telah diselipi keju dan daging
asap oleh anak anak. Sebagai upah, mereka mendapat uang Kidzania 5000 serta
membawa roti yang telah mereka buat tadi.
Setelah itu pun Aca dan Izzy harus berpisah dengan Fafa dan
saya karena berbeda golongan. Fafa yang golongan toddler tidak bisa merasakan
seluruh permainan karena dibatasi umur, sedangkan Aca dan Izzy bebas memilih
profesi maupun mainan yang mereka suka.
Aca dan Izzy memilih merasakan menjadi Pelayan Hotel, lalu
menjadi Mekanik, window cleaner,
pilot, pramuniaga Indomaret, serta Noodle Maker. Sedangkan Fafa menjadi
pembeli di Indomaret dengan pramuniaga Aca dan Izzy, menjadi Pilot, merawat
tanaman di Green House, serta bersama
Azkia (anak pertama Pipit) bermain-main di dapur mainan dan juga menjadi painter. Mereka menikmati semua
permainan yang telah mereka pilih. Saya pun menikmati melihat mereka bermain
sambil sesekali mengambil foto atau merekam #hanya sesekali sih, jadi
dokumentasinya kurang deh.
Setiap permainan dimainkan paling lama 20 menit. Selain
habis di area permainan, waktu habis untuk mencari mainan yang ingin dimainkan
tetapi tidak antri terlalu lama dan juga sebagian waktu untuk mengantri itu
sendiri. Kami mulai bermain sekitar jam 4 dan akhirnya harus selesai karena Azkia
mulai mimisan, tanda dia sudah mulai kecapekan atau kedinginan.
Alhamdulillah, sholat yang dijamak memudahkan dan
mempersingkat waktu yang ada #Islam itu mudah tapi jangan dimudah-mudahkan
Turun dari lantai 6
ke ground floor kita juga berpencar kembali karena sebagian ambil lift dan Mas
Ari dan Rafif naik escalator. Sempat lama menunggu di sebelah mobil yang
menyebabkan Azkia, Fafa, Aca dan Izzy bermain lari-larian hingga bergulingan di
beton alas parkir sampe celananya kotor #hadduuuuh tepok tepok jidat deh
Perjalanan pulang, saya pribadi sebenarnya sudah ngantuk.
Capek sepertinya hehe. Lalu saya mencoba untuk ngajak ngobrol Pipit, tapi
beberapa kali saya tertidur #heddeeeh. Moga-moga aja gak ada obrolan yang aku
lewatkan pas tertidur. Maaf ya piiiit…….#mringis sambil minta maaf ke Pipit
Sedangkan Ayasha sepertinya sudah kenyang dan capek, tapi Fafanya masih
muat lah buat beberapa makanan lagi. And kami kembali diajak makan di KFC yang
dilewati dalam perjalanan.
Sambil mainan perosotan, fafa masih mau aku suapin spaghetti yang sudah dihidangkan, dan
ayasha pun icip icip saja karena perutnya sudah penuh, katanya. Takut muntah.
Fafa berinteraksi disana dengan azkia dan satu teman baru laki-laki seumuran
dia yang langsung akrab dan bahkan peluk-pelukan sambil tertawa riang. Dia
bilang “aku suka oq bun sama masnya” #hihihi begitu mudahnya anak-anak akrab.
Memang anaknya terlihat ramah, riang, tidak nakal dan mudah berbaur juga. Hehe,
syukurlah fafa bisa memilah teman yang baik #semoga…
Btw anyway busway, aku gak tau nama anaknya siapa, dan juga
fafa spertinya tidak sempat kuminta untuk menanyakan nama anak itu, karena singkatnya
pertemuan juga sie. Pengen aja ngajarin sopan ke anak untuk saat bertemu orang
baru agar bertanya nama nya untuk berkenalan.
Kami sampai kembali dirumah sekitar pukul 21.30-an. Said thanks a lot to Pipit, to her husband, but didn’t say goodbye to
the kids karena dah pada teparrrrr smuaa…
Oia, makanan-makanan yang masih utuh yang dibawa dari KFC
itu malah juga dikasihkan ke kami. Gak enak kami sebetulnya menerima semua
kebaikannya. Tapi ya sudahlah….kami sangat berterimakasih dan semoga Allah membalas
kebaikan tersebut dengan kebaikan juga untuk keluarga pipit. Aamiin…
Masuk rumah, cuci kaki, cuci tangan, mandi, ganti baju dan
bobok….itu lah aktifitas selanjutnya bagi anak-anak. Sedangkan saya, lanjut
ngobrol dulu bentar sama ibu and tata-Amir. And…bobok deh.
Senin
pagi, aktifitas berlangsung biasa dan cukup normal. Konsentrasi hari ini
adalah: siap-siap ke Jepara (buat tata-Amir and ibu) dan packing untuk pindah ke penginapan (buat aku and my kids).
Nyuci, nyetrika, misahin baju kami yang mau dibawakan uti
(panggilan anak-anakku untuk ibuku) beserta kopernya, dan aku yang hanya akan
membawa satu tas saja -biar ringkes- dan handbag-
ku.
Semuanya adalah aktifitas didalam rumah dan sekitar rumah saja. Hanya ada
satu kegiatan beli oleh-oleh khas depok di daerah sekitar, yaitu “Brownies
Ketan Hitam” yang legit dan berserat tinggi itu. Itupun cukup dekat dengan
rumah sehingga dalam stengah jam ibu sudah kembali ke rumah.
Jam 2 siang lebih sedikit, tata ditemani uti pamitan ke
tetangga dan menitipkan rumah pada mereka. Taksi pesanan pun datang, kami pun
memasukkan barang yang sudah dipersiapkan dan memastikan rumah sudah aman dan
terkunci. Semua personil masuk taksi and heading to Tebet Barat.
Mendekati tempat tujuan, fafa mengeluh perutnya sakit. Aku
fikir karena dia lapar, karena sebelum berangkat memang cukup lama tidur siang
dan belum sempat makan, hanya minum susu UHT coklat satu kotak. Kutawari makan
gak mau, tapi agak kurayu, fafa akkhirnya mau membuka mulutnya sedikit karena
kutawari tulang muda-nya ayam (kesukaan dia). Begitu tulang muda sudah dikunyah
dan masuk ke lambung, dia MUNTAH sodara-sodara…… #hmm ternyata perutnya sakit
karena mual. Fafa muntah di pangkuan saya.
Jadilah taksinya berbau muntahan susu coklat yang dia minum
sebelumnya. Untungnya sudah dekat sekali dengan penginapan kami (Fontana
Residence 1). Akhirnya begitu sampai kami turun dengan baju fafa belepotan
muntahan dan bajuku yang sebagian tersiram juga. Saya yang sudah telpon
penginapan sebelumnya, ternyata kamar kami sudah dipersiapkan. Saya dan
anak-anak pun berpamitan dengan ibu, Amir, tata, dan Qaishar. Mereka
melanjutkan perjalanan ke Stasiun Gambir.
Lalu saya minta izin ke resepsionist nya untuk langsung ke
kamar dulu memandikan anak dan ganti baju dahulu dan mengurus check-in setelahnya. Masuk area lobi,
kesannya Hommy dan segar karena
ditengah lobi ada kolam ikan dengan gemericik air yang menenangkan dan berisi
cukup banyak ikan Koi besar berwarna-warni. Kamar saya (Kamar Nomor 6),
terletak di sebelah kolam. Begitu masuk kamar kami, kesan saya adalah: Sesuai
Harapan. Alhamdulillaah. Kamar yang cukup luas dengan fasilitas TV kabel, Bed
ukuran Queen komplit dengan bantal dan Bedcover-nya, bedside table, lemari pakaian kayu yang besar dilengkapi satu area hanging shelf dan bersambung dengan meja
riasnya, gantungan handuk alumunium, kulkas ukuran medium, Akses Wi-fi dengan security code, serta kamar mandi dalam
dengan kran air yang bisa diatur panas dinginnya serta dilengkapi wastafel.
Jujur, dengan harga 250rb, saya sangat puas dengan apa yang saya dapatkan. #tips mendapatkan
penginapan yang oke ada di halaman yang berbeda. Hanya saja, sewaktu
saya mandi dengan fafa, saya dapati ember dan gayungnya sudah berisi air dan
terasa licin. Sepertinya airnya sudah lama tidak diganti, meski masih terlihat
bening, tetapi ember dan gayungnya licin. Ya sudah, saya ngalahi saya gosok dulu gayung dan embernya hingga kesat dan
mengganti airnya dengan air baru. Daripada ribet keluar kamar dan minta di service kan….#untung embernya termasuk
kecil
Anak-anakku suka sekali memberi makan ikan dengan remah
remah roti yang selalu langsung diserbu habis oleh penghuni kolam, meski
beberapa kali kuperingatkan agar gak overfeeding
agar kolamnya gak kotor.
Jam 5 lebih kami keluar jalan-jalan melihat sekitar penginapan,
ternyata penginapan kami letaknya strategis, dekat dengan SMA 26, banyak
penjual jajanan di sekitar penginapan, serta dekat dengan Super Indo dan ATM
BNI. Semua hal yang saya sebut bisa dicapai dengan jalan kaki. Jajanan yang
kami lihat ada siomay, es cincau hijau, bakso malang, serta terlihat ada warung
kucingan kecil. Kamipun wisata kuliner setempat saja, hanya untuk menikmati
udara sore disana.
Kami kembali ke penginapan dalam keadaan kenyang,
alhamdulillaah. Dan setelah sholat
maghrib anak anak-pun menikmati Channel Disney Junior diatas kasur.
Diawal Isya’, teman saya -Upik- datang karena kami sudah janjian sebelumnya.
Dan setelah ngobrol sekilas, kami diajak keluar ke daerah Tebet Utara yang
ternyata cukup dekat dari sana.
Naaaah....diperjalanan inilah kami merasakan Bajaj untuk
pertama kalinya. Sayangnya Bajaj nya bajaj biru alias Bajaj BBG. Katanya upik
“Harusnya naek bajai yang kuning na…getarannya MANTAB” hahaha
Saat sampai di daerah Tebet utara tempat nongkrong ini,
kesan aku kurang nyaman. Semacam deretan warung terbuka atau kafe terbuka
dengan kecenderungan musik yang diputar keras. Yach, semacam biasanya tempat
nongkrong gitu lah. Dipinggir jalannya juga banyak penjual sepatu dan
aksessoris lain yang menawarkan dagangannya.
Kami akhirnya memilih untuk singgah di salah satu tempat
disana. Tetapi sepertinya kami salah memilih. Begitu kami mendekat, susunan
meja-mejanya kurang rapi dan terlihat tidak terlalu bersih. Setelah itu bahkan
saya baru sadar (setelah pesan makan dan minum sekedarnya) bahwa disebelah kami
sedang merokok dengan vulgarnya menggunakan Sisha (Rokok Arab), bahkan terlihat
show off. Sangat-sangat kecewa deh
dengan pemandangan itu. Kami bawa anak-anak gitu loh.
Akhirnya anak-anakpun terlihat gak betah, dan aca yang memang
sudah cukup kenyang mengeluh pusing dan terlihat gak nyaman. Setelah roti bakar
keju, jus dan nasi goreng untuk Upik yang dipesan sudah datang, aca pun makan
dengan kurang lahap. Fafa pun kurang bisa menikmati makanannya dengan khidmat
dan cenderung ingin berjalan-jalan disekitar meja kami.
Pengamen silih berganti datang, dan lucunya ada satu
pengamen yang diiringi manusia berkostum boneka cewek yang agak syerem dan fafa
saat menoleh dia kaget bukan main serta tampak ketakutan berlari mendekati saya,
meski gak nangis. Tapi emang serem tampang bonekanya. Saya aja nglihatnya serem
koq. Lucu karena melihat tampang Fafa yang lucu saat kaget hihihi….
Meski suasana kurang nyaman, saya tetap ngobrol with Upik dengan santai dan tetap
menikmati pertemuan itu. Tetapi setelah fafa mulai bilang ngantuk, akhirnya
Upik mempercepat makannya dan mencoba menghabiskannya segera. Setelah Upik
membayar Bill-nya (#thanks ya Pik…) kami pun beranjak, tetapi Aca mengeluh
perutnya sakit dan ingin muntah. Ya sudah deh, akhirnya Aca muntah juga di
pojokan warung itu dan aku temani hingga selesai. #What a SUPER evening
Saat jalan keluar dari warung tadi dan bergerak menuju jalan
besar untuk mencari bajaj or taksi, saya baru menyadari kalau ternyata di
sepanjang jalan terlihat beberapa spot kumpulan orang merokok Sisha juga dan
kesan yang ditimbulkan adalah: Syerem, and this is NOT my world.
Di penginapan, kami melanjutkan perbincangan sebentar dan
karena jam sudah menunjukkan angka 9 lebih, maka Upik-pun pamit untuk
melanjutkan perjalanan pulangnya ke Pasar Baru dengan KRL. By the way, dari
Upik saya tahu kalau penginapan ini juga sangat dekat dengan KRL. Wow, jadi
memang tempat ini cukup strategis ya.
Alhamdulillaah, meski sepertinya kunjungan kami tadi salah
tempat, tapi itu tidak mengurangi makna silaturrahim teman yang memang sudah 17
tahun tidak bertemu. Senang bertemu Upik yang baik hati dan pengertian terhadap
teman.
Malam itu anak-anak tidur dengan beberapa pijatan yang
kulakukan untuk mengurangi penat dan mengoptimalkan istirahat malam mereka.
Bismika Allaahumma Ahyaa Wa Bismika Amuut…
Selasa
pagi hari, hari yang sudah ditunggu tunggu. Hari pelaksanaan Gathering Microtia
jam 8 pagi.
Tidak banyak konflik, alhamdulillaah skali lagi mereka cukup
kooperatif. Saya pesan Batagor 2 porsi untuk saya masukkan di tempat bekal
kami, fikir saya agar tidak terlambat di acara dan bisa makan saat dijalan.
Ternyata saat batagor sudah digoreng, anak anak menghendaki sarapan dengan Mie
goreng dan Mie rebus with telor
ceplok. Ya sudah deh, gagal rencana gak terlambat, karena mie nya harus makan
di tempat lah, lha wong tempat bekal
sudah akan penuh dengan Batagor.
Sebelumnya sempat bingung mencari tempat beli ikat rambut
yang pantas untuk anak-anakku, karena ikat rambutnya gak kebawa. Ternyata, kata
bapak-bapak di dekat ATM BNI itu Super Indo sudah buka! Wow, pagi sekali ya
bukanya. Alhamdulillaah, disana dapet ikat rambut yang saya inginkan.
Setelah anak anak makan sambil saya ikat rambutnya, kami pun
menuju tempat acara sekalian check-out
dari penginapan. Kami awalnya mencari taksi, tapi yang menghampiri duluan adalah bajaj.
Kamipun naik bajaj dan
dengan request “Jalan yang paling cepet menuju Hotel Harris Tebet ya Pak”.
Ternyata, kalau lewat jalan tikus dan bukan lewat jalan
Casablanca nya alias turunnya di belakang Hotel tuh hanya sebentar dan sangat
dekat. Tidak sampai 10 menit kami sudah sampai. Kereeeennn!!
!
Disanalah kami bertemu teman-teman senasib sepenanggungan
yang sebagian besar belum pernah bertemu muka, hanya chat via milis Microtia
Indonesia, WhatsApp, Facebook maupun BBM. Seru, banyak ilmu baru,dan terbuka
koneksi serta kesempatan untuk melakukan yang terbaik untuk anak anak kami.
“Fafa ketemu sama banyak temen-temen lain yang telinga kecil
seperti Fafa” begitu dia menyebut situasi ini. Dan interaksi mereka satu sama
lain tidak berbeda sama sekali dengan interaksi anak-anak pada umumnya. Ceria,
sangat cepat akrab, dan sangat menikmati permainan-permainan sederhana yang
ada. Disamping anak-anak dengan microtia, cukup banyak juga anak dengan telinga
simetris lain yang tampak disana, termasuk anak saya, Aca. Mereka bermain
layaknya tidak ada perbedaan yang berarti bagi mereka.
Kebersamaan. Itu
sepertinya yang penting bagi mereka.
Ruang acara ada didepan persis ruang playground yang sudah
disediakan oleh panitia. Jadi tas perlengkapan yang saya bawa saya taruh begitu
saya di salah satu pinggir ruang playground tersebut dan alhamdulillaah aman
hingga akhir acara. Saya hanya membawa kemana-mana handbag saya dan tas handycam. Anak-anak pada awal acara belum mau
lama di playground dan keluar masuk ruang acara, karena sepertinya blom klik
dan merasa masih asing. Lalu saya keluar dari ruang acara dan menemani mereka sebentar
untuk berinteraksi dengan teman-teman disekelilingnya dan disana saya melihat
Dhitta yang ternyata seumuran dengan Aca. Akhirnya, setelah mereka mau saya
tinggal untuk mewarnai, dan saya kenalkan juga dengan Dhitta, saya masuk ke
ruangan acara dan ternyata anak-anak tidak masuk kembali ke ruangan acara.
Sempat saya cek kembali keberadaan anak-anak saya di playground, ternyata
mereka sudah sangat asiknya berinteraksi dan membuat gelang dari karet warna
warni yang Dhitta bawa.
Saya memang sengaja mengenalkan Aca ke Dhitta karena
berdasarkan informasi dari Cik Susy (mama Dhitta), Dhitta pun merasa kesepian
karena teman-teman yang ada sebagian besar masih kecil. Ternyata, Aca n Dhitta
sama-sama kelas 3 SD. Ya sudah deh, begitu sudah tahu ada yang seumuran ya
kliknya cepet banget. Hehehe….anak-anak gitu loh. Mereka memang menyenangkan.
Saat istirahat makan siang, Cik Susy bilang bahwa mereka
tidak ada di playground. Cik Susy khawatir, begitu juga dengan saya.Tetapi saya
mencoba tenang. Saya coba cari dulu di kamar mandi, ternyata betul mereka di
sana. Aca nemenin adeknya pipis, dan Dhitta ikut dibelakangnya tetapi diam-diam
dengan niat untuk mengejutkan Aca. Yach…ternyata mereka aman dan ceria.
Alhamdulillaah…
Dan, bagusnya lagi, ternyata mereka sudah mengambil makanan
untuk mereka sebelum kami. Bahkan sudah habis, kecuali jatah Fafa. Wah, mandiri
betul ya mereka. Siiip deh. Jempol 4 buat mereka. Saya tinggal nyuapin sedikit lagi untuk Fafa karena setelah
itu Fafa bilang kenyang. Setelah aku pastikan Fafa cukup makan dan minum,
akupun kembali ke ruang acara.
Kami, para orangtua, sejak awal acara, disela-selanya atau
diluar ruang acara saling berkenalan dan sebagian besar kami lebih mudah
mengenali anak-anaknya dibandingkan dengan orangtua nya. Hehe.
Yang langsung
aku kenali wajahnya saat bertemu adalah pak Stanley, Cik Susy, mba Andien, mb
grace dan mba dokter Rina. Kalo mba Ayu, memang kami pernah bertemu dulu di
Solo, tapi saat itu Reagan masih bayi. Belum satu tahun sepertinya umur Reagan
saat itu. Mba Intan, mba Yesika wongkar bersama Nael-nya serta mb Putri Wahab,
saya lupa lupa ingat wajah dalam pic yang ada #nyengir. Mba Thya dan azzam,
serta mba Dian dengan Ridwan adalah teman yang sempat cukup intens
berkomunikasi via wa (bahkan kalo mba Dian juga per-telpon), akhirnya juga
bertemu disana.
Senang dan bersyukur bisa akhirnya bertemu dan bertatap muka
dengan mereka. Juga saya berkenalan dengan mb Devi yang memberikan oleh-oleh
kopi Acehnya, lalu juga saya jadi tahu Pak Akbar, serta bertemu dengan mb Beby
dan Fasya yang video-nya masih tersimpan di hape saya.
Sebenarnya semua nama
yang saya sebut tadi sudah bertemu di whatsapp atau bbm sebelumnya.
Selain itu, saya juga bersyukur dengan semua testimoni dan
pasien-pasien yang ditampilkan di depan, karena dari mereka saya belajar lebih
disiplin dan bertekad untuk menghantarkan semua anak-anak saya menggali dan
mampu menggunakan potensi terbaik mereka, juga belajar lebih bersyukur karena
ternyata ambang dengar Fafa di telinga besarnya masih normal, sehingga dia bisa
berkembang hingga apa yang dia sudah capai sekarang, karena ternyata masih ada
(bahkan mungkin banyak) yang menghadapi tantangan yang lebih berat lagi
sehubungan dengan ambang dengarnya yang lebih dari normal, bahkan pada telinga
besarpun ada yang ambang dengarnya hanya minimal 60dB. Disana saya juga banyak
mengambil pelajaran bahwa operasi itu bukan “hanya” operasi, karena efek
psikologisnya juga cukup besar. Rasa trauma sakit dan lain-lain yang dia hadapi
akan harus dihadapi bila sudah bilang “Ya, saya mau operasi rekonstruksi”. Dan lagi, sekali lagi saya juga diyakinkan
(yang mana saya sudah yakin sebelumnya) dihadapkan pada kenyataan bahwa operasi
rekonstruksi bukanlah satu-satunya hal yang bisa ditempuh dan bukan itu fokus
utama kita. Fokus utamanya adalah fungsi
pendengaran berfungsi optimal dan anak mampu mengembangkan diri dengan percaya
diri dan mampu menerima keadaan dirinya sepenuhnya. Karena seringkali bila
kita terlalu fokus pada casing
(tampilan luar) saja, kita akan lalai dengan isinya (kualitas hidup dan
kehidupannya). Bukankah hidup ini hanya sementara saja dan proses adalah
yang utama? Allah maha melihat, Allah maha Kuasa. Yang penting adalah bagaimana
kita menjalani hari ini dan saat ini dengan optimal, dengan amal yang terbaik
dan dengan usaha terbaik. Hasilnya serahkan saja pada Yang Maha Penentu Takdir.
Sayangnya saya mendapatkan tiket keretanya dengan waktu
keberangkatan jam 17.00 dan yang tinggal di Jakarta pasti tahu potensi
kemacetan yang mungkin timbul antara jalan Casablanca dan Gambir bila sudah
mulai jam pulang kerja atau menjelang pulang kerja. Maka berdasar itu dan
berdasar saran ibu yang kemaren ternyata ketinggalan kereta 5 menit, saya
memutuskan keluar dari tempat acara jam 3.
Perpisahan bukanlah waktu yang menyenangkan, tapi sebuah
keharusan saja.
Anak-anak juga terlihat berat meninggalkan kawan-kawannya
dan kesenangannya. “Yaach, nanti aja sih bun pulangnya” itu komen mereka.
Kami naik taksi dari hotel Harris sekitar jam 3 sore lebih
11 menit dan Alhamdulillah jalan masih cukup tidak macet. Hanya di beberapa
titik kami merasakan berhenti dan merayap jalannya mobil. Mungkin 2 titik,
tetapi tidak terlalu lama. Kami sampai di Gambir jam 15.45. Sempat sholat, beli
snack dan membeli susu dengan elatase elektronik lalu setelah beberapa saat
menunggu di lantai 1, akhirnya saat kurang 30 menit dari jadwal kami naik ke
lantai 2 dan sebentar saja kemudian kereta Argo Sindoro jurusan Semarang datang
dan kami segera naik ke gerbong paling bontot alias Gerbong 1. Meski kereta
eksekutif, kami “hanya” membayar 230rb kurang karena sedang ada diskon 7500
dari channel pembelian tiket kami. Harga paling murah yang bisa didapatkan
untuk kereta eksekutif untuk saat itu.
Tentu kenyamanan sangat berbeda ya dengan perjalanan
berangkat. Sejak awal sudah disediakan bantal dan selimut di kursi
masing-masing. Dan tentu kursinya nyaman and
the air was quieter. Sudah lah, no Question.
Bismillaahi tawakkalnaa ‘ala Allaah. Laa haula wa laa
quwwata Illaa Billaah….
Aca hanya selang satu jam sejak keberangkatan sudah tertidur
pulas hingga menjelang akhir perjalanan. Sedangkan Fafa lebih sulit tertidur,
karena kadang-kadang dia butuh rasa nyaman untuk memulai tidur. Rasa nyaman itu
kali ini adalah pelukan bundanya hehe. Ya sudah, saya pindah ke kursi Fafa dan
memeluk dia, setelah cukup lama berubah-ubah posisi untuk tetap mencari posisi
nyaman dia, akhirnya Fafa pun tidur dan karena sebelah saya turun di Stasiun
Tegal, akhirnya Fafa pun tidur disepanjang kursi saya dan sebelah saya yang
sudah kosong itu, hingga mendekati Semarang, dimana saya harus membangunkan
keduanya untuk bersiap-siap turun. Agak sulit kali ini membangunkan Fafa karena
memang jam 11 kurang adalah saat nyenyak-nyenyaknya tidur, apalagi memang cukup
baru dia tidur. Baru dua jam kurang mungkin. Tetapi akhirnya mereka pun turun
dengan mandiri dan kami tidak perlu menggunakan jasa porter karena barang kami hanya
sedikit.
Alhamdulillah…akhirnya kami turun di Stasiun Tawang,
meskipun sebenarnya kami bisa turun Poncol yang lokasinya lebih dekat dengan
rumah, tetapi Aca request untuk turun di Tawang karena belum pernah naik kereta
dari sana.
Finally, kita
berada di rumah hampir setengah 12 malam hari selasa 16 September 2014, setelah
menggunakan jasa Taksi Kosti yang standby
di area Tawang.
Home sweet home… We
went home with lots of memories and hikmah added to our life. Hopefully those could be the energy booster to
think and act positive at best especially for me and my children.
Krapyak, semarang 18 September 2014